Bagi pelajar atau mahasiswa
Bahasa dan Sastra arab, atau pendidikan Bahasa Arab, atau bahkan mungkin jurusan
Bahasa dan Sastra Inggris, dan semua jurusan-jurusan kebahasaan lainnya. Tentunya
mempunyai kamus adalah suatu keharusan. Mengapa? Karena bagi pengkaji atau
mahasiswa bahasa yang notabennya mengkaji dan mempelakari bahasa asing, seperti
Bahasa Arab dan Inggris, tentunya membutuhkan alat bantu kebahasaan seperti
kamus agar mempermudah proses belajar dan pengkajiannya.
Karena penulis sendiri adalah
mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Arab, menurut penulis ada yang menarik dari
dunia perkamusan sendiri dalam bidang kebahasa Araban. Bukan soal sejarah,
macam, atau fungsinya. Akan tetapi soal namanya. Di dalam kebahasa Araban,
selain istilah qomus kita juga mengenal istilah mu’jam. Nhahh,,,
di sinilah topik pembahasan tulisan kali ini, yaitu akan sedikit membahas
tentang perbedaan antara qomus dan mu’jam.
Kamus di dalam KBBI (kamus besar
Bahasa Indonesia) mempunyai beberapa pengertian, diantaranya adalah; buku acuan
yang memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut
keterangan tentang makna, pemakaian, atau terjemahannya. Adapun mu’jam
sendiri tidak termaktub di dalam KBBI. Karena memang mu’jam sendiri
adalah Bahasa Arab bukan Bahasa Indonesia, berbeda dengan kamus yang diserap
dari qomus, dan sudah menjadi Bahasa Indonesia.
Jika tadi sudah menukil
pengertian kamus dari KBBI yang notabennya Bahasa Indonesia, sekarang kita akan
merujuk ke Bahasa Arab. Qomus secara bahasa mempunyai makna laut yang
dalam, berasal dari kata qo-ma-sa yang artinya juga mencelupkan (ke
dalam air) atau tenggelam. Dalam dunia leksikografi (perkamusan) Bahasa Arab,
Abu Thohir Muhammad bin Ya’qub bin Ibrohim Al Fairuz Abadi atau yang masyhur
dengan sebutan Alfairuz Abadi telah
menyusun sebuah kamus Bahasa Arab dengan menggunakan istilah qomus,
yaitu Al Qomus Al Muhith.
Ulama-ulama bahasa zaman dahulu
memang banyak menggunakan istilah-istilah laut sebagai nama karangannya, buka
hanya Fairuz saja yang menggunakan istilah laut pada karangannya Al Qomus Al
Muhith, Ibnu Ubad juga menggunakan istilah laut pada karangannya yang
berjudul Al Muhith fi Al Lughoh.
Karena Al Qomus Al Muhith karya
Fairuz ini disusun dengan sangat apik dan mudah digunakan, dan mencapai 20.000
kosa kata lebih dengan penjelasan yang tidak bertele-tele, serta dilengkapi
juga dengan contoh-contoh, sehingga sering dijadikan rujukan oleh ulama-ulama lughoh
akhirnya menjadi tenar dan masyhur pada masa itu. Sehingga menimbulkan
pergeseran makna qomus yang tadinya hanya mempunyai makna laut yang
dalam kini juga mempunyai makna segala bentuk kamus kebahasaan.
Sedangkan mu’jam secara
bahasa musytaq dari a’jama yang mempunyai makna orang asing atau orang
non arab. Sedangkan secara istilahnya adalah kitab atau buku yang mengampu
sekian banyak kosa kata bahasa yang tersusun secara khusus sesuai dengan
sistematis dan metodenya masing-masing. Pengertian lainnya adalah kumpulan kosa
kata bahasa yang disertai penjelasan maknanya dan pecahan atau cabang-cabangnya
dan cara pengucapannya serta penjelasan penggunaannya.
Ada perbedaan pendapat siapa yang
pertama kali menggunakan kata mu’jam ini. Pendapat pertama mengatakan
orang yang pertama kali menggunakan kata mu’jam ini adalah Abu Qosim
Abdullah bin Muhammad Al Baghowi di dalam karangannya yang berjudul Al Mu’jam
Al Shoghir dan Al Mu’jam Al Kabir. Pendapat lain, menurut Abdul
Ghofur Atthar, orang yang pertama kali menggunakan kata mu’jam adalah
Abu Ya’la At Tamimi dalam karyanya Mu’jam Al Shohabah.
Kedua karya tadi yang menggunakan
kata mu’jam, semuanya adalah kitab tentang ilmu rijalul hadis. Dan dengan
seiring perkembangan zaman, istilah mu’jam pun digunakan sebagai nama
karya atau kitab kebahasaan yang mengumpulkan kosa kata disertai makna dan
penjelasannya. Seperti Mu’jam Al Ain karya Kholil bin Ahmad (tokoh pencetus
leksikografi Arab) dan Mu’jam Lisan Al Arab karya Ibnu Mandhur (kamus
bahasa terlengkap hingga saat ini).
Menurut Dr. Ibrohim As Samironi
penggunaan kata mu’jam-lah yang lebih tepat, karena menurutnya kata qomus
ini sebenarnya adalah nama karya Fairuz saja, sedangkan mu’jam lebih
tepat digunakan untuk menunjukan karya-karya leksikografi atau perkamusan
lainnya. Dr. Abdul Ali Alwadghiri juga berpendapat bahwa qomus mempunyai
makna seluruh kitab atau karya yang bertujuan sebagai pendidikan dan budaya. Adapaun
mu’jam adalah kumpulan satuan-satuan perkamusan yang tidak terbatas atau
terbatas yang dimiliki oleh suatu kaum bahasa tertentu dengan penjelasannya
yang detail dan rinci.
Dari sini bisa kita simpulkan,
bahwasanya mu’jam adalah kumpulan kosa kata yang terbatas atau tak
terbatas berikut dengan penjelasan maknanya yang masih dalam bahasa yang sama,
dan metode penyusunnya bermacam-macam. Sedangkan qomus adalah kumpulan
unit kosa kata dengan metode yang sesuai atau tertentu dan disertai dengan
penjelasan bahasa yang sama atau bahasa asing, dan kebanyakan metode penyusunannya
sesuai urutan abjad.
materinya bagus banget ka uqi. semoga bermanfaat yahh
ReplyDeleteTerimakasih 😊 aamiinn semoga bisa bermanfaat
ReplyDeleteKece badai. Aku dah bisa login wkwkkw
ReplyDeleteBaru ngeh, tulisanku dilirik dan dikomen penulis fiksi handal ternyata,,, suatu kebanggaan banget nih 😄
ReplyDeleteMasyaAllah yah suatu kebanggaan bisa kenal kg uqy wkwkw
ReplyDeleteBaca blog.. ternyata punya uqyy .. baru nyadar.
ReplyDeletebarokalloh buat uqyyy berkat blogspot anda akhirnya tahu artinya mu'jam, jazakumullah khoiron katsiiron.
ReplyDeleteBarakallah blognya sangat bermanfaat
ReplyDelete