BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Ilmu nahwu dan
ilmu shorof adalah dua ilmu yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Arab.
Dengan kedua ilmu alat ini kita dapat mengetahui struktur kalimat dalam bahasa
dengan baik dan benar, sekali pun kita dihadapkan dengan tulisan bahasa arab
tanpa harakat, tetap akan bisa membacanya dengan benar dan bisa membacanya
dengan harakat yang dapat diketahui dengan mempelajari keduanya. Di dalam
bahasa Arab kita mengenal dengan yang namanya i’rob, yaitu perubahan akhir
kalimat. I’rob ini akan mempengaruhi makna benar atau salahnya.
Seperti halnya
dalam fiil ada istilah mu’tal dan shohih di dalam isim juga terbagi menjadi
empat macam dilihat dari segi struktur akhirnya, yaitu; صحيح، مقصور، منقوص، ممدود.
Jika isim yang
diakhiri dengan huruf shohih, mungkin tidak ada kesulitan untuk mengetahui
tanda i’robnya atau perubahan akhir kalimatnya, akan tetapi jika diakhiri huruf
illat atau mu’tal, akan ada pembahasnnya tersendiri. Dan di dalam makalah ini
akan dibahas hal tersebut beserta penjelasan empat macam pembagian tadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih?
2. Bagaimana alamat i’robnya isim maqshur, manqush, mamdud dan
shohih?
3. Bagaimana isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih jika
ditanwin?
C. Tujuan
Memahami dan
mengerti apa yang dimaksud dengan isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih.
Serta faham alamat i’rob dan pentanwinannya.
BAB II
Pembahasan
A.Isim Maqshur
1. Pengertian
Isim Maqshur
secara bahasa berasal dari bahasa arab yaitu قصر ـ
مقصور yang artinya diringkas.
Hal ini dikarenakan ketika dalam keadaan rofa’, nasab maupun jer, harakat akhir
isim ini tidak berubah atau tetap. Biasa dikatakan tanda i’robnya diringkas
atau dikira-kirakan dengan fathah.
Secara istilah
isim maqshur adalah
كل إسم معرب اخره ألف لازمة أصلية، أى لا يمكن الاستغناء عنها (والمهم
أن تكون ألفا من حيث النطق ولو رسمت بالياء).[1]
setiap isim mu’rob yang diakhiri alif lazimah, maksudnya adalah
pasti diakhiri dengan alif tersebut dan tidak mungkin menghilangkannya. ( yang
terpenting adalah sekiranya alif itu dibaca atau berbunyi ‘a’ sekiranya dengan
bentuk ya sekalipun).
إسم معرب الذي حرف إعرابه ألف لينة لازمة قبلها فتحة
Isim mu’rob yang huruf i’robnya berupa alif layyinah yang tetap dan
sebelumnya berharakat fathah.[2]
Isim mu’rob yang diakhiri dengan alif, sama halnya ditulis dengan
bentuk alif seperti lafadz العصا atau ditulis dengan
ya’ seperti lafadz موسى.
Jadi yang
dinamakan isim maqshur adalah isim yang diakhiri alif (entah itu berbentuk ya’
atau disebut sebagai alif layyinah) yang sebelumnya berharakat fathah.
Alif dalam isim maqshur bukan alif asli
melainkan alif munqolib (berubah) atau mazidah (tambahan). Adapun munqolib ada
munqolib dari wawu seperti عصا yang
jika ditasniyahkan menjadi عصوان dan
munqolib dari ya seperti فتي yang
jika ditasniyahkan menjadi فتيان. Sedangkan alif mazidah seperti lafadz
حبلى yang berasal dari lafadz حبل .
Dan alif juga sebagai ilhaq (tambahan untuk menyamakan wazannya dengan lafadz
lain). Contoh: أَرْطَى yang mulhaq dengan lafadz جَعْفَر.[4]
Alif dalam isim
maqshuroh atau biasa disebut dengan alif maqshuroh ini berbentuk ya’ jika jatuh
pada urutan ketiga yang pergantian dari ya’ dan pada urutan keempat atau lebih.
Contoh: فتى ( أصله فتيٌ)، مُسْتَشْفَى ، مصطفى.[5]
2. Macam-Macam Isim Maqshur
Macam-macam isim
maqshur dibagi menjadi dua, yaitu qiyasi dan sima’i.
Isim maqshur
qiyasi terdapat disepuluh isim mu’tal akhir yaitu:
a. Dalam masdar fiil lazim wazanفَعِلَ , contoh: جَوِيَ
- جَوًى , رَضِيَ - رِضًا
b. Dalam wazan فِعَلٍ yaitu
jamak dari wazan فِعْلَة, contoh: حِلْيَةٌ – حِلًى
c. Dalam wazan فُعَلٌ yaitu jamak dari wazan فُعْلَةٌ, contoh: مُدْيَةٌ
– مُدًى
d. Dalam wazan فَعَل yaitu dari isim-isim
jenis yang menunjukan makna jamak, contoh: قطاة - قُطًى
e. Dalam isim maf’ul, seperti lafadz مُعْطًى
f. Dalam wazan مَفْعَل yang menunjukan masdar, zaman, atau makan,
contoh: مَرْقًى
g. Dalam wazan مِفْعَل yang menunjukan isim alat contoh: مِكْوًى
h. Dalam wazan أَفْعَل contoh: أَقْصًى
i. Dalam wazan jamak muannast wazan أفعلَ
للتفضيل, contoh: قُصوى – قُصا
isim maqshur qiyasi adalah yang terdapat pada selain kesepuluh
tempat tadi, yang hanya bisa dihafal tidak bisa diqiyaskan. Contoh: فتى ، هدى ، حجا.[7]
Berikut ini adalah
macam-macam kalimat yang terdapat alif yang bukan termasuk isim maqshur:
a. Fi’il-fi’il yang diakhiri dengan alif lazimah, contoh: دَعَا، يَخْشَى
b. Huruf-huruf yang diakhiri dengan alif lazimah, contoh: ، إلَى عَلَى
c. Isim-isim mabni yang diakhiri dengan alif lazimah ini. Seperti
isim isyaroh, contoh: ذَا، تَا. Isim dhorof, contoh:
إذَا. Isim maushul, contoh: مَا
d. Isim mutsanna ketika rofa’, contoh: الوَلِدَان.
Asmaul khomsah ketika nashob, contoh: أبَاك
e. Isim maqshur yang diakhiri dengan ta’ ta’nist. Karena jika isim
maqshur sudah di tambah dengan ta’ ta’nist, maka hukumnya sebagai isim maqshur
sudah gugur dan berbeda pula dalam alamat i”robnya nanti. Contoh: فَتَى - فَتَاة .[8]
3. ‘Alamat I’rob Isim Maqshur
وسم معتلا من الاسماءما # كالمصطفى والمرتقى مكارما
فالأول إعراب فيه قدرا # جميعهوهو
الذى قد قصرا
Namakanlah dengan isim mu’tal pada setiap isim yang seperti lafadz مصطفى dan مرتقى
Lafadz yang awal semua i’robnya ditaqdirkan (dikira-kirakan) dan
namakanlah dengan isim maqshur.
Dari nadhom
alfiyah diatas dapat disimpulkan i’rob isim maqshur dalam tingkah rofa’,
nashob, maupun jer dikira-kirakan (مقدرة).
Contoh:
a. Ketika rofa’ seperti lafadzجاء الفتَى ( بضمة مقدرة)
b. Ketika nashob seperti lafadz رأيتُ الفتَى
(بفتحة مقدرة)
c. Ketika jer seperti lafadz مررتُ بالفتَى (بكسرة مقدرة)
Ketika mutsanna
yaitu mengganti alif yang terletak pada urutan keempat atau lebih dalam isim
maqshur menjadi ya’. Contoh: مصطفَى - مصطفيَانِ . ketika alif terletak pada urutan ketiga
maka diganti denga huruf aslinya. Contoh:
فتَى - فتيَانِ ، عصى - عصوَانِ
Ketika mutsanna
nashob atau jer tinggal diganti alamat irobnya menjadi ya’ dan sebelumnya
berharakat fatkhah. Contoh: مصطفيَيْنِ، فتيَيْنِ،
عصوَيْنِ .
Ketika jamak
mudzakar yaitu mengganti alif lazimah dengan wawu dan dan harakat sebelum wawu
tetap. Contoh: مصطفَوْنَ. Dan ketika nashob dan jer diganti dengan ya’ dan sebelumnya
tetap berharokat fatkhah. Contoh: مصطفَيْنَ.[9]
Ketika jamak
muannast yaitu memberi tanda jamak muannast berupa alif dan ta’ pada alif
maqsuroh. Contoh:- حبليَات، رجَا – رجوَات حُبلَى.[10]
4. Tanwinnya isim maqshur
Isim maqshur jika
didahului alif lam maka tidak diberi tanwin. Sebaliknya, jika tidak ada alif
lam maka diberi tanwun Contoh:الرِّضَا - رِضًا،
الفتَى- فتًى
B. Isim Manqush
1. Pengertian
Isim manqus secara
bahasa berasal dari kata نَقَصَ – مَنْقوْص
yang artinya kurang atau dikurangi. Ini dikarenakan dikurangi menampakan
sebagian harakatnya, yaitu ketika rofa dan jar, dan ketika tingkah nashob
manqus berbeda dengan maqshur dan harus ditampakan alamat nashobnya (yaitu
fatkhah).
Secara istilah isim manqus adalah
الاسم المعرب الذى آخره ياء لا زمة.[11]
Isim mu’rob yang diakhiri dengan ya’ lazimah.
الاسم المعرب الذى آخره ياء لازمة قبلها كسرة.[12]
Isim mu’rob yang akhirnya ya’ lazimah dan sebelumnya berharokat
kasroh.
هو اسم معرب آخره ياء ثابتة مكسور ما قبله.[13]
Isim manqus adalah isim mu’rob yang diakhiri dengan ya’ dan
sebelumnya berharokat kasroh.
هو الاسم الذى آخره ياء غير مشددة وكسور ما قبلها.[14]
Jadi isim manqush
adalah isim diakhiri dengan ya’ lazimah dan sebelumnya berharakat kasroh. Hal inilah yang membedakan
dengan isim maqshur, jika isim maqshur sebelumnya berharakat fatkhah, sedangkan
manqush sebelumnya kasroh. Seperti contoh: قاضَى , راعِى , مُرْتَقِى
Jika ya’nya tidak
tetap ( ثابتة غير ) maka bukan termasuk isim manqush. Seperti dalam
asmaul khomsah ketika jer, contoh: أبِيْك , أخِيْك. Dan begitu pula jika
sebelumnya bukan kasroh melainkan sukun, contoh: ظَبْي , سَعْي. Seperti halnya seperti
lafadz مَصْرِيّ, bukan merupakan isim
manqush karena bukan merupakan ya’ asli isim tersebut melainkan ya’ nisbah.
2. Alamat I’rob Isim Manqush
والثان منقوص ونصبه ظهر # ورفعه ينواكذا أيضا يجر
Dan yang kedua dinamakan dengan isim manqush, tanda nasabnya isim
manqush ditampakkan sedangkan tanda rofa’ dan jernya dikira-kirakan.[15]
Nadhom ini adalah
kelanjutan nadhom alfiyah yang udah disebutkan dalam pembahasan isim maqshur.
Dari nadhom ini dapat diambil pengertian bahwa berbeda dengan isim maqshur,
isim manqush ini harus menampakan fatkhah ketika nashob. Contoh:
a. Ketika rofa’ seperti lafadz: جاء
الداعِى (بضمّة مقدرة)
b. Ketika jer seperti lafadz: مرَرْتُ بِالداعِى (بكسرة مقدرة)
c. Ketika nashob seperti lafadz: رَأَيْتُ الداعِيَ
(بفتحة ظاهرة)
Ketika mutsanna isim manqush tidak ada perubahan tertentu seperti
dalam isim maqshur, cukup dengan menambah alif tasniyah. Contoh:
- الداعِيَان الداعِى. Dan ketika mutsanna dan jer menggantinya denga
ya’ dan sebelumnya berarokat fatkhah. Contoh:-
الداعِيَيْنِ الداعِى.[16]
Ketika jamak isim manqush membuang ya’ dan menggantinya dengan wawu
serta sebelumnya diharokati dengan dhommah, contoh: القاضِى - القاضُوْنَ. Dan menggantinya dengan ya’ dan sebelumnya
diharokati dengan dikasroh, contoh. القاضِى - القاضِيْنَ : [17]
3. Tanwinnya Isim Manqush
Ketika tidak
didahului alif lam maka harokat isim manqush ini ditanwin dan dibuang ya’nya
ketika rofa’ dan nashob. Contoh: جاء قاضٍ ، مَرَرْتُ
بِقاضٍ. Ketika nashob berbeda dengan rofa’ dan jer, ditanwin dan
ya’nya tetap tidak dibuang. Contoh. رأيتُ قاضيًا :[18]
C. Isim Mamdud
1. Pengertian
Isim mamdud secara
bahasa berasal dari kata مدّ – ممدود yang artinya dipanjangkan. Hal ini dikarenakan
isim mamdud adalah isim yang didalamnya terdapat alif dan sesudahnya terdapat
hamzah. Jika didalam ilmu tajwid harus membacanya dengan panjang yaitu 5
harokat.
Secara istilah isim mamdud adalah
ومااستحق قبل آخر ألف # فالمد
في نظيره حتما عرف
Isim yang sebelum huruf akhirnya
berupa alif, maka dalam persamaannya pun pasti dibaca panjang, hal ini telah
dijelaskan.[19]
هو الاسم الذى آخره همزة تلي ألفا زائدة.[20]
Isim mamdud adala isim yang akhirnya
berupa hamzah dan sebelumnya terdapat alif zaidah.
هو اسم معرب آخره همزة قبلها ألف زائدة.[21]
Isim mamdud adalah isim mu’rob yang sebelum akhir berupa hamzah
zaidah (tambahan).
Jadi isim mamdud
adalah isim yang di akhiri dengan hamzah dan dibacanya panjang karena sebelum
hamzah tersebut terdapat alif zaidah.
Hamzah dalam isim
mamdud ada empat macam:
a. أصلية yaitu hamzah asli
seperti lafadz: إنشَاء (من أنشاء)، ابتدَاء (من
ابْتَدَأَ).
b.عن الياء أو واوو منقلبة yaitu hamzah sebagai
ganti dari ya’ atau wawu seperti lafadz:بناء
(أصله بِنَايٌ)، عدَّاء (أصله عدَّاوٌ) .
c. زائدة لتأنيث yaitu sebagai
tambahan untuk mentatsniyahkan seperti lafadz:حسناء
(من حُسن)، صحراء (من صحر).
d.لجمع زائدة yaitu
sebagai tambahan untuk menjamakkan seperti lafadz:
عظماء (من عظم)، شعراء (من شعر).[22]
e. زائدة للإلحاق yaitu sebagai
tambahan karena ilhaq (mengikuti) seperti lafadz: حِرباء،
قَوْباء .[23]
2. Macam-macam Isim Mamdud
Isim mamdud
terbagi menjadi dua, yaitu qiyasi dan sima’i.
Isim mamdud qiyasi
terdapat pada tujuh macam isim mu’tal akhir:
a. Isim masdar dari fiil mazid yang awalnya berupa hamzah, contoh:- إعطَاء أعطَى.
b. Isim masdar dari fiil wazan- يفعُلُ فعَل
contoh: رغَا – رُغَاء .
c. Isim masdar wazan فِعَال dari fiil wazan فاعل contoh:- وِلَاء والى.
d. Isim yang terdiri dari empat huruf, yaitu jamak dari wazan أفعِلة contoh: أكسية –
كِسَاء.
e. Isim yang terbentuk dari masdar-masdar wazan تَفعال atau تِفعال contoh: تَمشَاء.
f. Isim yang terbentuk dari sifat wazan فعّال atau مِفعال sebagai mubalaghoh,
contoh: عدّاء, مِعْطاء.
Isim mamdud sima’i
adalah yang selain pada tujuh tempat di atas, dan hanya bisa diketahui dengan
cara dihafalkan tidak bisa diqiyaskan. Seperti contoh: فتاء، سناء، غناء، ثراء.[25]
3. Alamat I’rob Isim Mamdud
Isim mamdud ketika
tingkah rofa, nashob, atau jer itu jelas tandanya. Ketika rofa dan
jer, seperti contoh; نزل الماءُ من السماءِ.
Contoh ketika nashob; الماءَ رأيتُ.
Adapun cara
mentasyniyahkan isim mamdud adalah mentasyniyahkan dengan wawu pada hamzah yang
berfaedah لتأنيث seperti contoh; صحراوَانِ
-صحراء,
Kemudian
mentasyniyahkan dengan wawu atau masih utuh hamzah pada hamzah yang berfaedah للإلحاق atauعن الياء أو واوو منقلب seperti contoh: عِلبوَانِ/عِلْبئَانِ كِسَاء - كِسوَانِ/كِسَئَانِ ,عِلْباء - ,-
حيوَانِ/حيَائَانِ حيَاء.
Apabila hamzah أصليةmaka mentasniyahkan masih utuh tidak perlu menukar hamzahnya,
seperti contoh: ضِيَاء – ضِيَائَانِ.[26]
Adapun cara
menjamakan isim mamdud adalah mengganti hamzahnya dengan wawu pada hamzah berfaedah
لتأنيث seperti contoh:- ورقوُوْنَ ورقَاء.
Menambahkan wawu
dan masih tetap hamzahnya pada hamzah seperti contoh:-
وضؤُوْنَ وضاء.
Boleh dua wajah
yaitu menetapkan hamzahnya atau menggantinya dengan wawu pada hamzah berfaedah للإلحاق atau منقلب عن الياء أو الواوو seperti contoh: علباوُوْنَ/علباؤُوْنَ - عِلْباء, - حياوُوْنَ/حياؤُوْنَحياء, كساء – كسوُوْنَ/كسوُوْنَ.[27]
4. Tanwinnya Isim Mamdud
Boleh memberi
tanwin pada isim mamdud hamzah أصلية
dan hamzah yang berfaedah عن الياء أو الواوومنقلب seperti contoh: ابتداءٌ, بنَاءٌ, سمَاءٌ.
Tidak boleh
memberi tanwin pada hamzah yang berfaedah لتأنيث
dan لجمع seperti contoh: صحراءُ, شعراءُ.[28]
C. Isim Shohih
1. Pengertian
Kata shohih
berasal dari kata صح – صحيح yang artinya asli, sehat atau benar. Dinamakan dengan isim
shohih dikarenakan isim ini diakhiri oleh huruf shohih bukan berupa hamzah atau
alif lazimah seperti dalam isim mamdud atau isim maqshu dan manqush.
Secara istilah
isim shohih adalah
Isim yang diakhiri dengan huruf shohih.
الاسم معرب ليس آخره ألفا لازمة، ولا ياء لازمة مكسورا ما قبلها.[30]
Isim mu’rob yang tidak diakhiri
dengan alif lazimah dan ya’ lazimah yang sebelumnya berharakat kasroh.
الاسم الذى ليس فى آخره حرف من حروف العلّة (ألف لازمة أو ياء غير
مشدّدة مكسور ما قبلها).[31]
Isim
yang tidak diakhiri oleh huruf-huruf ‘illat, yaitu alif lazimah atau ya’ tidak
bertasydid yang disebelumnya berharakat kasroh.
Jadi isim shohih itu adalah isim
yang mudah diketahui alamat i’robnya, karena tidak diakhiri dengan alif lazimah
atau yang lainnya, akan tetapi diakhiri dengan huruf shohih yang alamat
i’robnya tampak secara jelas.
2.
Alamat I’rob Isim Shohih
فارفع بضم وانصبن فتحا يجر # كسرا كذكر الله عبده يسر
Rofa’kanlah dengan dlommah, nashobkan dengan fatkhah, dan jerkan
dengan kasroh seperti lafadz ذكر الله عبده يسر.[32]
Nadhom alfiyah diatas dapat diambil
pengertian bahwa isim shohih ketika rofa tandanya dengan dlommah, seperti
contoh: زيد قام . Ketika nashob tandanya
dengan fatkhah, seperti contoh:زيدًا رأيتُ. Ketika jer tandanya dengan kasroh, seperti contoh: بزيدٍ مررتُ.
Berikut ini adalah tabel alamat
i’rob isim shohih (mudzakar) secara ringkasnya.
Isim
|
Rofa
|
Nashob
|
Jer
|
Mufrod
|
Dhommah
|
Fatkhah
|
Kasroh
|
Tasniyah
|
Alif
|
Ya’
|
Ya’
|
Jamak
|
Wawu
|
Ya’
|
Ya’
|
Perlu diperhatikan ya’ ketika tasniyah dan jamak itu berbeda. Jika
tasniyah sebelumnya berharokat fatkhah, contoh: مسلمَيْنِ.
Jika jamak sebelumnya berharokat kasroh, contoh: مسلمِيْنَ.
Berikut ini adalah tabel alamat i’rob isim shohih (muannast) secara
risngkasnya.
Isim
|
Rofa
|
Nashob
|
Jer
|
Mufrod
|
Dlommah
|
Fatkhah
|
Kasroh
|
Tasniyah
|
Alif
|
Ya’
|
Ya’
|
Jamak
|
Dlommah
|
Kasroh
|
Kasroh
|
3.
Tanwinnya Isim Shohih
Dalam isim shohih jika tidak didahului alif lam maka diberi tanwin
dan juga sebaliknya, apabila didahului alif lam maka tidak diberi tanwin.
Seperti contoh: كتابٌ – الكتابُ.
BAB III
Penutup
A.
Kesimpulan
Jadi dalam pembagian isim dilihat dari segi dari struktur huruf
akhirnya itu ada tiga, yaitu shohih, mamdud, maqshur, dan, manqhus. Shohih itu
yang diakhiri dengan huruf-huruf shohih yang berharokat seperti biasa. Mamdud
diakhiri dengan hamzah yang sebelumnya terdapat alif. Maqshur dan manqush
diakhiri dengan alif lazimah bisa berupa bentuk ya’, jika maqshur sebelumnya
fatkhah, jika manqush sebelumnya kasroh.
Dalam masalah i’rob isim maqshur dan manqush lah yang harus lebih
diperhatikan karena berbeda caranya tidak seperti isim shohih dan mamdud. Jika
maqshur selamanya muqodar (dikira-kirakan), dan manqush ditampakan ketika dalam
keadaan nashob dengan fatkhah.
Daftar Pustaka
Al-Hazimiy
Sayyid Ahmad. 2006. Qowaidul Asasiyah Lillughotil Arobiyah. Mesir:
Muassasatul Mukhtar
Ali Ach
Sjafi’. 2012. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik. Lamongan: PP Al Quran Asy
Syafiiyah
Anas A, Idhoh.
2009. Ilmu shorof lengkap. Pekalongan: Al-asri
Assuyuthi Jalaludin. Al’alamah Ibnu Aqil .
Semarang: Pustaka Alawiyah
Gholayini
Musthofa. 2005. Jamiuddurusil’arobiyah. Syam: Darul Hadist
Hasan Abbas. 2009 Nahwu Al-Wafi . Kurnisy
Annail: Darul Ma’arif
Khirin
Shohibul. 2008. Audlohul Manaahij. Jatibening: WCM pres
Lathif
Muhammad Hamasah Abdul. 1997. Nahwul Asasi . Darul Fikr
Ni’mah Fuad.
Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah. Berut: Daruts Tsaqofatul Islamiyah
Sadjak Muhammad Nadjib. 2012. Tarjamah Alfiyah
Ibni Malik.Jatirogo: KampoengKyai
Shofwan
Sholihudin. 2005. Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik. Lirboyo: Darul
Himah
[1]Fuad
Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul
Islamiyah:Tth) juz2 h.8
[2]
Sholihudin Shofwan, Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik (Lirboyo:Darul
Himah:2005) Cet2, Juz1, h.59
[3]Musthofa
Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.83
[4] Musthofa
Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.83
[5]drs H A.
Idhoh Anas MA, Ilmu shorof lengkap, (Pekalongan:Al-asri:2009 ) Cet2,
h.119
[6] Musthofa
Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.83-84
[7] Musthofa
Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.85
[8]Abbas
Hasan, Nahwu Al-Wafi (Kurnisy Annail:Darul Ma’arif:2009) h.189-190
[9] drs H A.
Idhoh Anas MA, Ilmu shorof lengkap, (pekalongan:Al-asri:2009 ) h.121
& 125
[10]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.197
[11] Abbas
Hasan, Nahwu Al-Wafi (Kurnisy Annail:Darul Ma’arif:2009) h.190
[12]
Jalaludin Assuyuthi, Al’alamah Ibnu Aqil (Semarang:Pustaka Alawiyah:Tth)
h.14
[13]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.87
[14] Hamasah
Abdul Lathif, An Nahwu Al-Asasiy (Madinatu Nashr:Darul Fikri Al
Arobiy:1997) h.55
[15]Sholihudin
Shofwan, Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik (Lirboyo:Darul
Himah:2005) Cet2 h.59
[16]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.189
[17]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.193
[18] Fuad
Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul
Islamiyah:Tth) juz2, h.9
[19]
Muhammad Nadjib Sadjak, Tarjamah Alfiyah Ibni Malik
(Jatirogo:KampoengKyai:2012) h.226
[20]
Jalaludin Assuyuthi, Al’alamah Ibnu Aqil (Semarang:Pustaka Alawiyah:Tth)
h.171
[21]Musthofa
Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.85
[22] Fuad
Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul
Islamiyah:Tth) juz2, h.9
[23]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.85
[24]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.86
[25]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.86
[26] Ach
Sjafi’ Ali, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik (Lamongan:PP. Al Quran Asy
Syafiiyah:2012) h.356
[27]
Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005)
h.193
[28] Fuad
Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul
Islamiyah:Tth) juz2, h.9
[29]Shohibul
Khirin, Audlohul Manaahij (Jatibening:WCM pres:2008) h.36
[30]Sayyid
Ahmad Al-Hazimiy, Qowaidul Asasiyah Lillughotil Arobiyah
(Mesir:Muassasatul Mukhtar:2006) h.66
[31]
Muhammad Hamasah Abdul Lathif, Nahwul Asasi ( TT:Darul Fikr:1997) h.54
[32]Sholihudin
Shofwan, Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik (Lirboyo:Darul
Himah:2005) Cet2 h.38