Wednesday, March 28, 2018

BUKU PREDIKSI SPMB UIN JAKARTA 2018 KINI SUDAH TERSEDIA DI BLOG KAMI :)

(buruan sebu,,, sebelum kehabisan,, heheeee)



Apa kabar para calon mahasiswa UIN Jakarta???
Kalian yang pingin masuk di UIN Jakarta lewat jalur SPMB Mandiri, ada kabar gembira untuk kalian.
Kami dari pesantren luhur Sabilussalam telah merilis BUKU PREDIKSI SOAL SPMB UIN Jakarta. Buku ini recomended banget bagi kalian yang mau melaksanakan tes SPMB Mandiri UIN Jakarta. Jadi tunggu apalagi? Buruan beli sebelum kehabisan...

Keunggulan buku Prediksi Soal SPMB MANDIRI UIN Jakarta yang diterbitkan Pesantren Luhur Sabilussalam adalah:
  • Penyusunan soal-soal adalah hasil analisis dari soal-soal SPMB UIN Jakarta dari 3-5 tahun sebelumnya, ditambah referensi-referensi lain.
  • Soal-soal dalam satu mata pelajaran, dikerjakan setidaknya oleh 10 Mahasantri Sabilussalam yang kuliah di jurusan yang sesuai dengan soal. Penyusunan Buku tidak kurang dari 1 bulan lamanya.
  • Mencakup semua soal mata pelajaran yang akan diujikan (Bahasa Indonesia, Bahasa Arab, Bahasa Inggris,  Pengetahuan Agama, IPA, IPS, Matematika IPA, Matematika IPS, Tes Bakat Skolastik).
  • Setiap soal telah dikoreksi oleh para ahli (dosen/ ustadz pesantren Sabilussalam) yang sesuai dengan bidang pelajaran.
  • Setiap tahun selalu menerbitkan buku yang up to date dan habis terjual 1000 lebih exlempar.
  • Harga sangat terjangkau. 
  • Satu-satunya buku prediksi SPMB Mandiri UIN Jakarta yang telah memiliki nomor ISBN.
Keunggulan-keunggulan tersebut sulit ditemukan di buku Prediksi Soal SPMB MANDIRI UIN Jakarta yang diterbitkan lembaga atau organisasi lain.
Buku Prediksi Soal SPMB MANDIRI UIN Jakarta yang diterbitkan Pesantren Luhur Sabilussalam sudah banyak dikenal dikalangan Mahasiswa UIN Jakarta. Tidak cukup sampai di situ, bahkan ada beberapa organisasi atau lembaga yang memesan Buku Prediksi SPMB Sabilussalam untuk keperluan kegiatan Bimbingan Tes lembaga tersebut.
Jadi, tunggu apa lagi? Segera dapatkan bukunya sekarang juga!!! Langsung dari Sabilussalam Sebelum Kehabisan….
KENAPA MEMBELI MELALUI SITUS uqyyy.blogspot.com ?
1. Respon Cepat
2. Kualitas Barang Terjamin
3. Harga Terjangkau
4. Pelayanan penuh
5. Terpercaya
Info lengkap mengenai Pendaftaran SPMB Mandiri UIN Jakarta dan Buku Prediksi Soal, silakan hubungi:
085772718421 (SMS/Telp/WA)
**Informasi lengkap seputar SPMB MANDIRI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 , silakan kunjungi akademik.uinjkt.ac.id
**Beli via bukalapak klik di sini

Monday, March 19, 2018




A. Homonimi
            Kata homonimi berasal dari Bahasa Yunani kuno, yaitu onama yang artinya nama, dan homo yang artinya sama. Secara harfiyah homonimi dapat diartikan sebagai nama sama untuk benda atau hal lain. Menurut Verhaar, homonimi adalah ungkapan (kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (kata, frase, atau kalimat) tetapi maknanya tidak sama.[1]
Homonimi adalah dua buah kata berbeda, atau bisa jadi lebih dari dua, tentu saja dengan arti yang berbeda pula, yang memiliki kesamaan fonologis dan atau ortografis.[2] Atau pengertian lain dari hominimi adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya dan sama ejaannya atau tulisannya. Dengan demikian bentuk homonimi dapat dibedakan berdasarkan lafalnya dan berdasarkan tulisannya. Dua ujaran dalam bentuk kata yang sama lafalnya, tetapi berlainan tulisannya disebut homofoni. Misalnya, bank dan bang. Atau ada juga dua ujaran dalam bentuk kata yang sama tulisannya, tetapi berlainan pelafalannya disebut homografi. Misalnya Bela dan bela.[3]
            Adapun menurut para linguis Arab, homonimi adalah:
لهومونيم: عبارة عن كلمات متشابهة في النطق والكتابة ولكنها مختلفة في الدلالة
Homonimi adalah suatu kalimat yang sama di dalam pelafalan dan penulisannya, akan tetapi mempunyai makna yang berbeda.[4]
            Jerrold dan Jerry Fodor pertama kalinya mengemukakan aturan atau batas makna kalimat dalam karyanya yang masyhur yaitu The Structure of a Semantic Theory, yang tersebar pada tahun 1963. Kemudian mulai muncul perubahan dan pengembangannya yang bermacam-macam.
            Teori ini berlaku ketika memisahkan makna suatu kalimat dari makna-maknanya yang lain berdasarkan silsilah unsur unsur awalnya dengan cara menyajikan makna-maknanya dari makna umum menjadi makna khusus. Setiap makna kalimat dibatasi atau melalui 3 fase; grammatical marker, semantic marker, distinguisher. Contoh kalimat Bachelor yang mempunyai beberapa makna yaitu:
·         Penunggang kuda kecil yang melayani penunggang kuda yang besar
·         Sarjana kampus tingkat awal
·         Perjaka
·         Hewan laut yang tidak melakukan proses pembuahan
Adapun fase atau proses dari penghasilan makna-makna tersebut adalah sebagai berikut;
Ø  Bachelor > kata benda >> hewan >> laki-laki >>> hewan laut yang tidak melakukan proses pembuahan
Ø  Bachelor > kata benda >> manusia >>> sarjana
Ø  Bachelor > kata benda >> manusia >>> laki-laki >>> Penunggang kuda kecil yang melayani penunggang kuda yang besar
Ø  Bachelor > kata benda >> manusia >>> laki-laki >>> perjaka
Keterangan dari proses tersebut adalah sebagai berikut; tanda (>) adalah grammatical marker, tanda (>>) adalah semantic marker, dan tanda (>>>) adalah distinguisher.[5]
            Analisis homonimi menurut Verhaar adalah analisis linguistik, maka kreteria-kreteria linguistiklah yang dipergunakan untuk menganalisa homonimi. Pertama, secara linguistik homonimi ialah ungkapan baik kata, frase, atau kalimat yang sama bentuknya namun mempunyai makna yang berbeda. Kedua, ciri untuk menguji makna itu adalah ciri suprasegmental, morfofonemik, ciri unsur bawaan langsung, dan ciri hubungan struktur dalam dan struktur luar. Ketiga, homonimi ini dapat diuji dengan satuan kata, frase, dan kalimat.[6] Bahkan homonimi juga dapat terjadi dalam tataran morfem.
            Homonimi antarmorfem. Morfem nya dalam kalimat ini bukuku, itu bukumu, dan yang di sana adalah bukunya. Morfem nya di sini bermakna kata ganti orang ketiga. Sedangkan morfem nya dalam kalimat mau belajar tetapi bukunya belum ada. Morfem nya di sini bermakna sebuah buku tertentu.[7] 
            Homonimi antarkata. Dalam proses morfofonemik kita mengenal kata mengukur dan mengukur, kata mengukur diturunkan dari kata kukur, dan mengukur diturunkan dari kata ukur. Kita juga mengenal homonimi lain seperti mengurus dari kata kurus, dan mengurus dari kata kurus.
             Homonimi antarafrase. Frase guru bahasa Inggris (dapat diparafrasiskan dengan guru mengenai atau tentang bahasa Inggris) dan guru bahasa Inggris (parafrasis guru bahasa orang Inggris). Pidato presiden yang terakhir (sama dengan parafrasis presiden itu yang terakhir) dan pidato presiden terakhir (parafrasis pidato yang terakhir). Lukisan toni (sama dengan parafrasis lukisan milik toni) dan lukisan toni (parafrasis lukisan karya toni) atau bahkan lukisan toni (parafrasis lukisan tentang diri toni). Homonimi antarfrase secara struktural dapat dijelaskan dengan teknik Unsur Bawahan Langsung (surlang).
            Homonimi antarkalimat. Baju orang yang pendek itu putih (parafrasis baju orang itu putih dan orang itu pendek atau orang yang memakai baju putih itu pendek) dan baju orang yang pendek itu putih (parafrasis orang itu memakai baju yang pendek dan putih atau baju pendek orang itu putih). Secara struktural homonimi ini dapat dijelaskan dengan analisis surlang atau dengan teknik transformasi dengan pembedaan struktur dalam dan struktur luar.[8]
            Masalah lain dalam homonimi ini adalah perbedaan antara homonimi dan polisemi. Bagaimana cara menentukan dua kalimat yang sama apakah homonimi ataukah polisemi? Patokan pertama yang harus dipegang adalah bahwa homonimi itu merupakan dua buah bentuk ujaran atau lebih yang kebetulan bentukanya (penulisan dan atau pelafalannya) sama, sedangkan maknanya tentu saja berbeda jauh. Sedangkan polisemi adalah bentuk ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Makna-makna yang ada di dalam polisemi ini, walaupun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Sebaliknya, makna-makna yang ada dalam hominimi tidak mempunyai hubungan sama sekali.
            Contohnya makna kepala. Hubungan makna kepala pada bentuk kepala surat dan kepala jarum bisa ditelusuri berdasarkan dari makna leksikal kata kepala itu. Namun kita tidak bisa melacak kata hubungan makna kata bisa yang bermakna racun ular dan makna bisa yang bermakna sanggup. Jelas diantaranya keduanya tidak ada hubungan sama sekali.[9]
B. Hiponimi
            Hubungan hiponimi (‘alaqat al-isytimali) adalah hubungan yang melibatkan sejumlah makna yang terkandung dalam sebuah kata yang setiap anggotanya memiliki kemiripan acuan, contoh kata إنسان dan kata-kata yang menjadi cangkupannya seperti أحمد، خالد، عمر  dan lain sebagainya.[10]        
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onama yang bermakna  nama dan hypo bermakna bawah. Jadi secara harfiah berarti nama yang termasuk di bawah nama lain. Secara semantik, Verhaar menyatakan hiponimi adalah ungkapan yang maknanya dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Contohnya kata tongkol adalah hiponimi dari kata ikan sebab makna tongkol berada atau termasuk dalam makna kata ikan. Tetapi ikan bukan hanya tongkol saja, tetapi ada mujair, lele, bandeng, dan lain-lain. Jadi kata tongkol berhiponim dengan kata ikan, tetapi kata ikan tidak berhiponim dengan kata tongkol, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan.
            Dalam hal ini, relasi antara ikan dan tongkol (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Jadi kalau tongkol berhiponin terhadap ikan, maka ikan berhipernim terhadap tongkol.[11]
Lalu bagaiman hubungan antara tongkol dengan mujair, lele, dan bandeng yang sama-sama berhiponimi terhadap ikan? Biasanya hubungan ini disebut dengan istilah kohiponim. Jadi tongkol berkohiponim dengan mujair, lele, dan bandeng.[12]
Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna lainnya. Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipermini terhadap suatu jumlah kata lain, akan menjadi hiponimi terhadap kata lain yang berada di atasnya. Umpanya kata ikan merupakan hipernimi dari tongkol, mujair, lele, bandeng akan menjadi hiponimi terhadap kata binatang. Mengapa demikian? Sebab yang termasuk binatang bukan hanya ikan, tetapi juga kambing, ayam, monyet, dan lain sebagainya. Selanjutnya binatang ini pun merupakan hiponimi terhadap kata makhluk, sebab yang termasuk makhluk bukan hanya binatang, tetapi juga manusia.[13]
Jika tongkol dan lele menjadi hiponim dari dari ikan, maka apa nam hubungan antara jendela dan pintu terhadap rumah? Dalam kasus ini perlu dilihat adakah kesamaan hubungan antara pintu terhadap rumah dengan tongkol terhadap ikan? Tampaknya hubungan itu tidaklah sama. Jika tongkol dan lele adalah buru atau sejenis burung, maka jendela dan pintu bukanlah rumah atau sejenis rumah. Jendela dan pintu hanyalah bagian atau komponen dari rumah. Hubungan antara jendela dan pintu dengan rumah ini disebut dengan partonimi atau meronimi.[14]
C. Kesimpulan
            Analisis pada makna semantik ada beberapa cara, diantara dengan homonimi dan hiponimi. Homonimi sendiri adalah bentuk makna yang berbeda tetapi sama dalam bentuk tulisan (homografi) atau sama bentuk ujarannya (homofoni).
            Sedangkan hiponimi sendiri adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya tercangkup dalam bentuk ujaran yang lain. Contohnya seperti tongkol merupakan hiponim terhadap ikan, karena tongkol sendiri sendiri merupakan ikan. Kebalikan hubungan dari hiponimi adalah hipernimi. Jadi ikan merupakan hipernim terhadap tongkol.
 
DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul. 2014. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta
Chaer Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta
HS. Mohammad Matsna. 2016. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Jakarta. Prenadamedia
Parera J.D.. 2004. Teori Semantik. Jakarta. Erlangga
Umar Ahmad Mukhtar. 1982. Ilm al-Dilalah. Kuwait. Maktabah Daul ‘Arubah
Taufiqurrahman. 2008. Leksikologi Bahasa Arab. Malang. UIN-Malang Press
Subuki Makyun.2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta. Trans Pustaka


[1] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta: 1995) h.93
[2] Makyun Subuki, Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa (Jakarta: Trans Pustaka: 2011) h.95
[3] J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta: Erlangga: 2004) h.81
[4] Taufiqurrahman, Leksikologi Bahasa Arab (Malang: UIN-Malang Press: 2008) h.67
[5] Ahmad Mukhtar Umar, Ilm al-Dilalah (Kuwait: Maktabah Daul ‘Arubah: 1982) h. 114-116
[6] J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta: Erlangga: 2004) h.84
[7] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta: 1995) h.96
[8] J.D. Parera, Teori Semantik (Jakarta: Erlangga: 2004) h.85
[9] Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta: 2014) h.304
[10] Mohammad Matsna HS., Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer, (Jakarta: Prenadamedia: 2016) h.16
[11] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta: 1995) h.99
[12] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta: 1995) h.100
[13] Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineka Cipta: 1995) h.100
[14] Abdul Chaer, Linguistik Umum (Jakarta: Rineka Cipta: 2014) h.307

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts