Wednesday, June 6, 2018




            Pada kesempatan kali ini, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, saya akan sedikit membahas tentang surat Al Qadar. Kebetulan sekali bukan, surat yang membahas malam lailatul qadar di dalamnya, yang menjadi dambaan para pemburunya, saya bahas di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi tulisan kali ini tidak akan membahas tentang seputar malam lailatul qodarnya atau membahas isi surat Al Qadar, yang akan dibahas di sini adalah kalimat tanazzalu di ayat ke 4.
            Sekarang mari kita fokus ke titik pembahasan kita yaitu kalimat tanazzalu. Penulis memberi judul tulisan ini; tanazzalu madhikah atau mudhorikah. Karena berangkat dari keterkecohan diri penulis sendiri menganggap kalimat tanazzalu sebagai fiil madhi yang mengikuti wazan tafa’ala(تَفَعَّلَ) . Tetapi setelah dilihat lagi bunyi kalimatnya bukan tanazzala melainkan tanazzalu, sedangkan apabila mengikuti wazan tsulasi mazid biharfain tadi seharusnya menjadi tanazzala(تَنَزَّلَ) . Lalu kalimat tanazzalu ini sebenarnya fiil madhi atau bukan?
            Ternyata teman-teman. Tanazzalu ini bukanlah fiil madhi melainkan fiil mudhori, karena jika madhi seharusnya berbunyi tanazzala, tetapi di sini berbunyi tanazzalu. Akan tetapi jika memang tanazzalu ini mudhori, mengikutinya wazan apa? Tanazzalu fiil mudhori mengikuti wazan yatafa’alu(يَتَفَعَّلُ) . Tetapi antara tanazzalu dan wazan yatafa’alu ternyata tidaklah sesuai. Karena memang di dalam kalimat tanazzalu ini asal sebenarnya adalah tatanazzalu(تَتَنَزَّلُ) , yang kemudian huruf mudhoroahnya yang berupa ta’ dibuang karena mengikuti salah satu qoidah shorof yang membolehkan pembuangan huruf mudhoroah yang berupa ta’ di dalam wazan tafaa’ala(تفاعل)  dan tafa’’ala(تفعّل) . Pembuangan ta’ ini dibolehkan karena alasan untuk meringankan dalam pelafalan. Bagi orang Arab mengucapkan dua huruf yang sama yang berdampingan itu susah dan berat (seperti menggapai cintamu *ehh). Makanya pembuangan ta’ mudhoroah di sini diperbolehkan.
            Jadi, tanazzalu itu bukanlah fiil madhi melainkan mudhori yang asalnya tatanazzalu. Yang menyimpan dhomir muannast hiya dan marji’ dhomirnya ke kalimat al malaikah yang berbentuk muannast karena terdapat ta’ marbuthoh.
            Akan tetapi teman-teman. kalimat tanazzal ini bukan hanya terdapat di surat Al Qadar saja, ada juga di dalam surat Fussilat ayat 30, yang berbunyiتَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلآئِكَة  (tatanazzalul ‘alaihimul malaaikah). Berbeda memang dengan yang tertulis di surat Al Qodar. Jika di dalam surat Al Qodar ta' mudhoroah fiil tatanazzalu itu dibuang, di dalam surat Fussilat ini justru tidak dibuang. Memang sih pembungan ta’ ini hukumnya boleh, jadi boleh dibuang boleh tidak. Tetapi apa perbedaannya antara tatanazzalu di surat Al Qadar yang dibuang ta’ mudhoroahnya dengan tatanazzalu di surat Fussilat yang tidak dibuang ta’ mudhoroahnya.
            Tentunya bukan tidak ada alasan kedua perbedaan ini, dan inilah salah keindahan dan keistimewaan Al Quran. Kalimat tanazzalu maupun tatanazzalu, keduanya mempunyai makna yang sama yaitu turunnya Malaikat ke bumi. Karena kalimatnya berbeda maka sebenarnya di dalam maknanya pun ada perbedaannya. Tatanazzalu di dalam surat Fussilat mempunyai makna turunnya Malaikat ke bumi yang tidak hanya sekali melainkan setiap saat ketika telah datang ajal setiap orang yang ada di bumi. Sedangkan tanazzalu di dalam surat Al Qadar mempunyai makna turunnya Malaikat ke bumi hanya sekali yaitu di malam lailatul qodar saja. Dan hal ini sesuai dengan qonun ta’biriy di dalam Al Quran, yang menyatakan memotong atau membuang salah satu huruf pada fiil jika ahdast (kejadiannya) lebih sedikit atau lebih pendek dan jika ahdastnya (kejadiaannya) lebih banyak atau lebih panjang maka fiil tadi ditulis secara sempurna tanpa ada yang dibuang. Kurang lebih demikianlah perbedaan yang diketahui oleh penulis. والله أعلم بالصواب
            Oleh karenanya marilah kita berlomba-lomba meraih malam lailatul qodar ini yang malaikat hanya turun sekali di malam itu saja. Semoga kita semua bisa mendapatkan malam yang lebih baik dari seribu bulan itu, aamiinn.
            

refrensi:
Muhammad Ali Shobuni, Showah al Tafasir
Muhammad Arrozi, Mafatih Al Ghoib
Muhyiddin Ad Darwish, I'rob Al Quran Al Karim Wa Bayanuhu
www.al-sharq.com
www.ammonnews.net

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts