Pada kesempatan kali ini penulis akan sedikit membahas
tentang lafadz حياة dan حيوان.
Sebelum membahas lebih lanjut kedua lafadz ini, sebelumnya penulis akan
menyajikan satu ayat dari Alquran yang di dalam ayat tersebut terdapat dua
lafadz ini. Yaitu surat Al-Ankabut ayat 64.
وما هذه الحياة الدنيا إلا لهو ولعب وإن
الدار الأخرة لهي الحيوان لو كانوا يعلمون
Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya
negeri itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.
Di dalam ayat ini terdapat lafadz حياة
dan juga lafadz حيوان sekaligus. Dan jika
diperhatikan, ayat ini diakhiri dengan kalimat لو كانوا يعلمون
yang mengisyaratkan agar dibahas atau diteliti. Oleh karena itu di sini penulis
akan sedikit mencoba untuk membahas lafadz حياة
dan حيوان.
Lafadz حيوان di dalam ayat ini dibaca
dengan “hayawan” yang bukan bermakna hewan. Karena apabila melihat dari
terjemahan ayat tersebut, hayawan diartikan dengan hidup, sama dengan
halnya lafadz hayah ( حياة ). Lalu kenapa
hayawan di sini diartikan hidup? Bukan diartikan sebagai hewan? Apa alasannya
dan apa asal kata hayawan sebenarnya.
Lafadz hayawan dalam ayat ini memang bukan bermakna
hewan dan tidak ada sangkut pautnya sedikitpun dengan hewan. Karena sebenarnya
lafadz hayawan ini adalah musytaq (berasal) dari lafadz hayah,
oleh karenanya keduanya memiliki makna yang sama yaitu kehidupan. Akan tetapi
ada sedikit perbedaan, jika hayah bermakna kehidupan sedangkan hayawan
bermakna kehidupan yang sebenarnya.
Dipandang dari segi morfologi Bahasa Arab, penambahan huruf
di dalam suatu lafadz lazimnya juga akan menambah makna di dalamnya ( زيادة الحرف تدل على زيادة المعنى ). Seperti contoh مدرس bermakna guru (tunggal) sedangkan apabila ditambah
dengan wawu nun makan maknanya juga akan berubah dan ditambah (nonimalnya)
menjadi jamak mudzakar salim, مدرسون bermakna banyak guru. Dari qoidah ini kita
bisa tahu bahwa hayawan tentunya memiliki makna yang berbeda dengan hayah
dan mengandung tambahan makna dari makna hayah, karena lafadz hayawan
mempunyai tambahan alif dan nun dari hayah. Lalu apa tambahan makdan dan
faidah dari penambahan huruf yang ada di dalam lafadz hayawan?
Hayawan ini
berwazan fa’alan ( فعلان ) sama sepertiغليان (mendidih) dan طيران (terbang).
Penambahan alif nun di dalam kedua lafadz ini berfaidah sebagai menunjukan
makna bergerak dan berubah-berubah atau berbolak balik (تدل على حركة وتقلب ). Jika diperhatikan antara gholayan dan
thoyaran, keduanya mempunya makna dinamis, keduanya sama-sama aktif, sama-sama
bergerak tidak berhenti. Ketika air mendidih maka air tersebut akan terus
bergerak ke ata dan ke bawah tanpa henti karena mendidih, sama halnya ketika
burung terbang kepakan sayapnya terus bergerak tanpa henti agar tetap bisa
melayang di udara. Intinya adalah menunjukan makna dinamis bukan statis. Oleh karena
itu hayawan diartikan dengan kehidupan yang sebenarnya, yaitu kehidupan
yang dinamis (kehidupan yang selalu hidup/selalu bergerak) dengan tanda kutip
tidak ada kematian dalam hayawan. Berbeda dengan hayah yang masih
terdapat kematian di dalamnya.
Selain dinamis, penambahan alif dan nun dalam lafadz hayawan
juga menunjukan akan makna kebenaran sesuatu ( حقيقة الشيء),
dan sedangkan tidak ada tambahan alif dan nun menunjukan akan makna
penggambaran sesuatu (صورة
الشيء ). Jika di analogikan dengan seseorang
yang sedang bercermin, maka bayangan orang yang ada di cermin itulah hayah
(tidak ditambah alif dan nun) yang menunjukan makna penggambaran sesuatu (صورة الشيء
). Dan sosok orang yang bercermin inilah hayawan (ditambah alif dan nun)
yang menunjukan makna kebenaran sesuatu (حقيقة الشيء
). Oleh karena itu juga hayawan diartikan sebagai kehidupan yang
sebenarnya karena telah ditambah alif dan nun yang berfaidah haqiqotus syai’.
Karena untuk memahami Al Qur’an itu membutuhkan ilmu tafsir,
setelah penulis sedikit membahas lafadz hayawan dari segi bahasanya. Penulis
akan mengambil beberapa pendapat ahli tafsir mengenai tafsiran dari lafadz hayawan
ini. Diantaranya adalah:
·
Menurut Ath Thobari
الحيوان
حياة لا موت فيها
Hayawan adalah kehidupan yang tiada kematian
di dalamnya
·
Menurut Al Baghawi
الحياة
الدائمة الباقية
Hayawan adalah kehidupan yang tersisa yang
selamanya
·
Menurut Ibnu Katsir
الحياة
الحق التي لا زوال ولا انقضاء بل هي مستمرة أبد الآبد
Hayawan adalah kehidupan yang sebenarnya,
yang tiada akhir dan tiada habisnya, melainkan justru berlangsung
selama-lamanya
Dari beberapa pendapat mufassir tersebut maka dapat diambil kesimpulan,
bahwasanya hayawan itu adalah kehidupan yang sebenarnya, kehidupan yang
abadi, kehidupan yang tiada akhirnya atau selama-lamanya. Sedangkan hayah
adalah kehidupan yang mempunyai akhir atau batas dan tidak abadi ( الحياة لا بد لها نهاية ليس من معناها الاستمرار ).
Terakhir dari
penulis, hanya ingin mengingatkan bahwa lafadz hayah tadi dinisbatkannya
ke dunia sedangkan hayawan dinisbatkan ke akhirat. Itu artinya kita
harus selalu ingat bahwa kehidupan dunia ini hanya sementara, sedangkan kehidupan
yang sebenarnya itu nanti kelak di akhirat sana. Semoga kita semua bukan
termasuk dari golongan orang-orang yang lalai akan kehidupan di akhirat karena
terbuai kehidupan dunia.
Jazaakumullahu khayraa atas penjelasannya. Akhirnya saya menemukan yang sy cari.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAlhamdulillah .. ini selama ini saya cari
ReplyDelete