Thursday, April 20, 2017



Dalam ilmu balaghoh, tepatnya dalam bab ilmu bayan. Yaitu yang berkedudukan setelah ilmu maani dan sebelum ilmu badi. Ada tiga pembahasan yang akan dibahas di dalamnya, yaitu tentang tasybih, majaz, dan kinayah. Dalam tulisan kali ini, penulis mungkin tidak akan membahas tentang tasybih. Karena kali ini penulis akan sedikit membahas tentang majaz dan kinayah.
Sebelumnya mari kita ulas kembali sedikit tentang pengertian majaz dan kinayah.
المجاز: هو اللفظ المستعمل في غير ما وضع له في اصطلاح التخاطب لعلاقة : مع قرينة، مانعة من إرادة المعنى الوضعى
Majaz adalah lafadz yang digunakan bukan dalam makna aslinya dalam istilah pembicaraan karena adanya alaqoh beserta qorinah, yang mencegah dimasukannya atau digunakannya makna asli.
الكناية: لفظ أريد به غير معناه الذي وضع له، مع جواز إرادة المعنى الأصلي لعدم وجود قرينة مانعة من إرادته
Kinayah adalah lafadz yang digunakan untuk menunjukan pada bukan makna aslinya, besertaan boleh digunakan untuk menunjukan pada makna aslinya karena tidak adanya qorinah yang mencegah untuk mendatangkan makna aslinya.
            Langsung saja mari kita lihat contoh dari keduanya.
وينزل لكم من السماء رزقا
Dan menurunkan rezeki dari langit untukmu
Kalimat di atas adalah contoh dari majaz, yaitu majaz musabbabiyah (akibat). Karena lafadz rizqon adalah menjadi musabbab atau dalam bahasa Indonesianya adalah akibat. Rezeki ini akibat dari hujan. Karena hujan yang kemudian menumbuhkan dan mensuburkan tanaman yang kemudian menjadi rezeki bagi manusia.
زيد طويل النجاد
Zaid itu panjang sarung pedangnya.
Kalimat di atas adalah contoh dari kinayah. Karena dari kalimat ini mempunyai dua makna, yang tersurat dan yang tersirat. Yang tersuratnya jelas Zaid mempunyai sarung pedang yang panjang. Yang tersiratnya adalah Zaid seorang yang pemberani. Kenapa makna yang tersiratnya itu Zaid seseorang yang pemberani? Karena lazimnya jika sarung pedangnya itu panjang, maka orang yang memiliki pedang itu adalah orang yang tinggi besar, dan orang yang tinggi besar itu lazimnya seseorang yang gagah dan pemberani.
            Dari kedua contoh tadi setidaknya sudah dapat diambil sedikit kesimpulan perbedaan antara majaz dan kinayah. Majaz itu yang digunakan hanyalah makna bukan aslinya atau makna yang tersiratnya saja, dan makna aslinya atau yang tersurat tercegah atau tidak bisa digunakan. Karena tidak mungkin secara tiba-tiba langit bisa menurunkan rezeki. Sedangkan kinayah, makna asli atau tersuratnya dan makna tidak asli atau tersiratnya, keduanya sama-sama bisa digunakan dan itu tidak tercegah atau boleh.
            Dari sini sudah jelas persamaan dan perbedaan antara majaz dan kinayah. Persamaannya, keduanya sama-sama memiliki makna tidak asli atau tersirat. Dan perbedaannya, majaz yang digunakan hanyalah makna tidak aslinya. Sedangkan kinayah, makna asli dan tidak aslinya sama-sama bisa digunakan.
            Akan tetapi lagi-lagi ada pengecualian di dalam Alquran. Di dalam tema dan ayat tertentu pada Alquran ada beberapa kinayah yang makna tidak aslinya atau tersiratnya saja yang bisa digunakan, sedangkan makna aslinya atau tersuratnya tidak bisa digunakan. Oleh karenanya tulisan ini penulis beri judul kinayah yang seperti majaz, dalam tidak berlakunya makna aslinya.
والسموات مطويات بيمينه
Dan langit digulung dengan  tangan kananNya
            Dalam ayat di atas, kita tidak boleh menggunakan makna aslinya atau tersuratnya. Dalam kinayah satu ini kita hanya boleh menggunakan makna tidak aslinya atau tersiratnya saja, yaitu sempurnanya kekuasanNya. Karena kita tidak boleh menyifati Allah mempunyai tangan kanan, karena Allah mempunyai sifat mukholafatul lilkhawaditsi (tidak sama dengan makhluknya).
            Hampir sama dengan postingan sebelumnya yang membahas tentang qod dalam Alquran, kali ini membahas tentang kinayah yang ada dalam Alquran yang lagi-lagi tak jarang ada pengecualian dalam Alquran, karena memang melihat dan menyesuaikan siyaqul kalamnya, serta kedudukan Alqurannya yang karya sastra paling tinggi yang ada di dunia.
            Bahasa Arab itu menarik untuk dikaji kawan, terlebih lagi bahasa Alquran. Sekian dari penulis semoga bermanfaat

dikutip dari pengajian Jauhar al-Balaghoh bersama Prof Dr. H.D. Hidayat MA. Di Pesantren Luhur Sabilussalam









Friday, April 14, 2017



Qod dalam pembagian kalam, adalah huruf. Karena lafadz qod ini tidak bisa berfaidah jika dia berdiri dengan sendirinya tanpa diiringi lafadz lain.
Dalam pembagian macam-macam huruf, huruf qod ini termasuk kedalam kategori huruf yang khusus hanya bisa masuk ke dalam kalimat fiil. Berbeda dengan huruf jer yang khusus masuk ke dalam kalimat isim dan huruf istifham yang bisa masuk ke kalimat isim maupun fiil.
Huruf Qod (قد  ) ini termasuk dari salah satu tandanya fiil, sebagaimana yang terdapat dalam kitab Jurmiyah.
والفعل يعرف بقد والسين وسوف وتاء التأنيث الساكنة
Fiil mempunyai tanda yaitu qod, sin, saufa, dan ta’ ta’nist
Huruf qod ini mempunyai faidah tasykik dan tahqiq, atau biasanya diartikan terkadang dan benar-benar/sungguh. Huruf qod berfaidah tasykik (bermakna terkadang) apabila bertemu dengan fiil mudhori, ada juga yang menyebutnya dengan taqlil dan taktsir. Dan berfaidah tahqiq (bermakna benar-benar/sungguh) apabila bertemu dengan fiil madhi.
Contohnya :
قد جاءنا نذير  : sungguh pemberi peringatan telah datang kepada kami
Dalam contoh ini jelas bahwa qod pada kalimat tersebut berfaidah tahqiq dan mempunyai makna sungguh telah datang.
 : قد يفشل تلميذ terkadang seorang siswa itu gagal dalam ujian (tidak lulus)
Dalam contoh ini jelas bahwa qod pada kalimat tersebut berfaidah tayskik dan mempunyai makna terkadang gagal.
            Tetapi penulis pernah mendapati suatu contoh dalam pelajaran balaghoh, yaitu kalam khobar tolabi dalam kitab balaghoh wadhihah, huruf qod bertemu dengan fiil mudhori.
قد يعلم الله المعوقين منكم.... الأية
Sedikit menerangkan bahwa kalam khobar tholabi adalah kalam khobar yang minimal terdapat satu taukid di dalamnya. Sedangkan huruf qod baru bisa menjadi taukid apabila dia berfaidah tahqiq, dan untuk bisa berfaidah tahqiq harus bertemu dengan fiil madhi. Terus bagaimana dengan contoh di atas? Kenapa syeikh Ali Jarim dan Syeikh Musthofa Amin menuliskan contoh tersebut dalam kitabnya? Apakah benar qod di atas yang bertemu dengan fiil mudhori juga bermakna tahqiq?
Setelah penulis menanyakan kepada Dr. AM. Hidayatullah M.A. selaku dosen pengampu pelajaran balaghoh. Penulis mendapati jawaban bahwa qod dalam contoh surat al ahzab tersebut memang benar berfaidah tahqiq dan menjadi taukid bukan berfaidah tasykik. Karena jika qod di atas bermakna tasykik sedangkan fail dari ya’lamu adalah Allah, maka secara tidak langsung sudah mengingkari bahwa Allah maha memdengar dan maha mengetahui segala sesuatu.
Jadi ayat di atas mempunyai makna, Allah sungguh mengetahui orang-orang yang mengahalangi diantara kalian.
Bukan terkadang Allah mengetahui orang-orang yang mengahalagi diantara kalian.
Jadi kesimpulannya di dalam Alquran terkadang huruf qod yang bertemu dengan fiil mudhori mempunyai makna tahqiq bukan tasykik, kita harus melihat konteks kalimatnya terlebih dahulu jangan sampai salah mengartikannya lebih-lebih jika failnya itu Allah.

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts