Sunday, December 20, 2015

 BAB 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
            Ilmu nahwu dan ilmu shorof adalah dua ilmu yang sangat penting dalam pembelajaran bahasa Arab. Dengan kedua ilmu alat ini kita dapat mengetahui struktur kalimat dalam bahasa dengan baik dan benar, sekali pun kita dihadapkan dengan tulisan bahasa arab tanpa harakat, tetap akan bisa membacanya dengan benar dan bisa membacanya dengan harakat yang dapat diketahui dengan mempelajari keduanya. Di dalam bahasa Arab kita mengenal dengan yang namanya i’rob, yaitu perubahan akhir kalimat. I’rob ini akan mempengaruhi makna benar atau salahnya.
            Seperti halnya dalam fiil ada istilah mu’tal dan shohih di dalam isim juga terbagi menjadi empat macam dilihat dari segi struktur akhirnya, yaitu; صحيح، مقصور، منقوص، ممدود.
            Jika isim yang diakhiri dengan huruf shohih, mungkin tidak ada kesulitan untuk mengetahui tanda i’robnya atau perubahan akhir kalimatnya, akan tetapi jika diakhiri huruf illat atau mu’tal, akan ada pembahasnnya tersendiri. Dan di dalam makalah ini akan dibahas hal tersebut beserta penjelasan empat macam pembagian tadi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih?
2. Bagaimana alamat i’robnya isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih?
3. Bagaimana isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih jika ditanwin?
C. Tujuan
            Memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan isim maqshur, manqush, mamdud dan shohih. Serta faham alamat i’rob dan pentanwinannya.
BAB II
Pembahasan
A.Isim Maqshur
1. Pengertian
            Isim Maqshur secara bahasa berasal dari bahasa arab yaitu قصر ـ مقصور   yang artinya diringkas. Hal ini dikarenakan ketika dalam keadaan rofa’, nasab maupun jer, harakat akhir isim ini tidak berubah atau tetap. Biasa dikatakan tanda i’robnya diringkas atau dikira-kirakan dengan fathah.
            Secara istilah isim maqshur adalah
كل إسم معرب اخره ألف لازمة أصلية، أى لا يمكن الاستغناء عنها (والمهم أن تكون ألفا من حيث النطق ولو رسمت بالياء).[1]
setiap isim mu’rob yang diakhiri alif lazimah, maksudnya adalah pasti diakhiri dengan alif tersebut dan tidak mungkin menghilangkannya. ( yang terpenting adalah sekiranya alif itu dibaca atau berbunyi ‘a’ sekiranya dengan bentuk ya sekalipun).
إسم معرب الذي حرف إعرابه ألف لينة لازمة قبلها فتحة
Isim mu’rob yang huruf i’robnya berupa alif layyinah yang tetap dan sebelumnya berharakat fathah.[2]
 إسم معرب اخره ألف ثابتة، سواء أكتبت بصورة الألف: كالعصا، أو بصورة الياء: كموسى.[3]
Isim mu’rob yang diakhiri dengan alif, sama halnya ditulis dengan bentuk alif seperti lafadz العصا atau ditulis dengan ya’ seperti lafadz موسى.
            Jadi yang dinamakan isim maqshur adalah isim yang diakhiri alif (entah itu berbentuk ya’ atau disebut sebagai alif layyinah) yang sebelumnya berharakat fathah.
             Alif dalam isim maqshur bukan alif asli melainkan alif munqolib (berubah) atau mazidah (tambahan). Adapun munqolib ada munqolib dari wawu seperti عصا yang jika ditasniyahkan menjadi عصوان  dan munqolib dari ya seperti فتي yang jika ditasniyahkan menjadi فتيان. Sedangkan alif mazidah seperti lafadz حبلى yang berasal dari lafadz حبل . Dan alif juga sebagai ilhaq (tambahan untuk menyamakan wazannya dengan lafadz lain). Contoh: أَرْطَى   yang mulhaq dengan lafadz  جَعْفَر.[4]
            Alif dalam isim maqshuroh atau biasa disebut dengan alif maqshuroh ini berbentuk ya’ jika jatuh pada urutan ketiga yang pergantian dari ya’ dan pada urutan keempat atau lebih. Contoh: فتى ( أصله فتيٌ)، مُسْتَشْفَى ، مصطفى.[5]
2. Macam-Macam Isim Maqshur
            Macam-macam isim maqshur dibagi menjadi dua, yaitu qiyasi dan sima’i.
            Isim maqshur qiyasi terdapat disepuluh isim mu’tal akhir yaitu:
a. Dalam masdar fiil lazim wazanفَعِلَ , contoh: جَوِيَ - جَوًى ,   رَضِيَ - رِضًا
b. Dalam wazan فِعَلٍ yaitu jamak dari wazan فِعْلَة, contoh: حِلْيَةٌ – حِلًى
c. Dalam wazan فُعَلٌ yaitu jamak dari wazan فُعْلَةٌ, contoh: مُدْيَةٌ – مُدًى
d. Dalam wazan فَعَل yaitu dari isim-isim jenis yang menunjukan makna jamak,                       contoh: قطاة - قُطًى
e. Dalam isim maf’ul, seperti lafadz مُعْطًى
f. Dalam wazan مَفْعَل  yang menunjukan masdar, zaman, atau makan, contoh: مَرْقًى
g. Dalam wazan مِفْعَل  yang menunjukan isim alat contoh: مِكْوًى
h. Dalam wazan أَفْعَل  contoh: أَقْصًى
i. Dalam wazan jamak muannast wazan أفعلَ للتفضيل, contoh: قُصوى – قُصا
j. Dalam wazan muannast أفعلَ للتفضيل dari lafadz shohih akhir, contoh:- حسنى  حسنأ.[6]
          isim maqshur qiyasi adalah yang terdapat pada selain kesepuluh tempat tadi, yang hanya bisa dihafal tidak bisa diqiyaskan. Contoh: فتى ، هدى ، حجا.[7]
            Berikut ini adalah macam-macam kalimat yang terdapat alif yang bukan termasuk isim maqshur:
a. Fi’il-fi’il yang diakhiri dengan alif lazimah, contoh: دَعَا، يَخْشَى
b. Huruf-huruf yang diakhiri dengan alif lazimah, contoh: ، إلَى عَلَى
c. Isim-isim mabni yang diakhiri dengan alif lazimah ini. Seperti isim isyaroh, contoh: ذَا، تَا. Isim dhorof, contoh: إذَا. Isim maushul, contoh: مَا
d. Isim mutsanna ketika rofa’, contoh: الوَلِدَان. Asmaul khomsah ketika nashob, contoh: أبَاك
e. Isim maqshur yang diakhiri dengan ta’ ta’nist. Karena jika isim maqshur sudah di tambah dengan ta’ ta’nist, maka hukumnya sebagai isim maqshur sudah gugur dan berbeda pula dalam alamat i”robnya nanti. Contoh: فَتَى - فَتَاة .[8]
3. ‘Alamat I’rob Isim Maqshur
وسم معتلا من الاسماءما # كالمصطفى والمرتقى مكارما
فالأول إعراب فيه قدرا     #    جميعهوهو الذى قد قصرا
Namakanlah dengan isim mu’tal pada setiap isim yang seperti lafadz مصطفى  dan مرتقى
Lafadz yang awal semua i’robnya ditaqdirkan (dikira-kirakan) dan namakanlah dengan isim maqshur.
            Dari nadhom alfiyah diatas dapat disimpulkan i’rob isim maqshur dalam tingkah rofa’, nashob, maupun jer dikira-kirakan (مقدرة). Contoh:
a. Ketika rofa’ seperti lafadzجاء الفتَى  ( بضمة مقدرة)
b. Ketika nashob seperti lafadz  رأيتُ الفتَى (بفتحة مقدرة)
c. Ketika jer seperti lafadz مررتُ بالفتَى  (بكسرة مقدرة)
            Ketika mutsanna yaitu mengganti alif yang terletak pada urutan keempat atau lebih dalam isim maqshur menjadi ya’. Contoh: مصطفَى -  مصطفيَانِ  . ketika alif terletak pada urutan ketiga maka diganti denga huruf aslinya. Contoh:
فتَى -  فتيَانِ ، عصى -  عصوَانِ
            Ketika mutsanna nashob atau jer tinggal diganti alamat irobnya menjadi ya’ dan sebelumnya berharakat fatkhah. Contoh: مصطفيَيْنِ، فتيَيْنِ، عصوَيْنِ .
            Ketika jamak mudzakar yaitu mengganti alif lazimah dengan wawu dan dan harakat sebelum wawu tetap. Contoh: مصطفَوْنَ. Dan ketika nashob dan jer diganti dengan ya’ dan sebelumnya tetap berharokat fatkhah. Contoh:  مصطفَيْنَ.[9]
            Ketika jamak muannast yaitu memberi tanda jamak muannast berupa alif dan ta’ pada alif maqsuroh. Contoh:- حبليَات، رجَا – رجوَات  حُبلَى.[10]
4. Tanwinnya isim maqshur
            Isim maqshur jika didahului alif lam maka tidak diberi tanwin. Sebaliknya, jika tidak ada alif lam maka diberi tanwun Contoh:الرِّضَا - رِضًا، الفتَى- فتًى
B. Isim Manqush
1. Pengertian
            Isim manqus secara bahasa berasal dari kata نَقَصَ – مَنْقوْص yang artinya kurang atau dikurangi. Ini dikarenakan dikurangi menampakan sebagian harakatnya, yaitu ketika rofa dan jar, dan ketika tingkah nashob manqus berbeda dengan maqshur dan harus ditampakan alamat nashobnya (yaitu fatkhah).
            Secara istilah isim manqus adalah
الاسم المعرب الذى آخره ياء لا زمة.[11]
Isim mu’rob yang diakhiri dengan ya’ lazimah.
الاسم المعرب الذى آخره ياء لازمة قبلها كسرة.[12]
Isim mu’rob yang akhirnya ya’ lazimah dan sebelumnya berharokat kasroh.
هو اسم معرب آخره ياء ثابتة مكسور ما قبله.[13]
Isim manqus adalah isim mu’rob yang diakhiri dengan ya’ dan sebelumnya berharokat kasroh.
هو الاسم الذى آخره ياء غير مشددة وكسور ما قبلها.[14]
            Jadi isim manqush adalah isim diakhiri dengan ya’ lazimah dan sebelumnya  berharakat kasroh. Hal inilah yang membedakan dengan isim maqshur, jika isim maqshur sebelumnya berharakat fatkhah, sedangkan manqush sebelumnya kasroh. Seperti contoh: قاضَى , راعِى , مُرْتَقِى
            Jika ya’nya tidak tetap ( ثابتة  غير )  maka bukan termasuk isim manqush. Seperti dalam asmaul khomsah ketika jer, contoh: أبِيْك , أخِيْك. Dan begitu pula jika sebelumnya bukan kasroh melainkan sukun, contoh: ظَبْي , سَعْي. Seperti halnya seperti lafadz مَصْرِيّ, bukan merupakan isim manqush karena bukan merupakan ya’ asli isim tersebut melainkan ya’ nisbah.
2. Alamat I’rob Isim Manqush           
والثان منقوص ونصبه ظهر #  ورفعه ينواكذا أيضا يجر
Dan yang kedua dinamakan dengan isim manqush, tanda nasabnya isim manqush ditampakkan sedangkan tanda rofa’ dan jernya dikira-kirakan.[15]
            Nadhom ini adalah kelanjutan nadhom alfiyah yang udah disebutkan dalam pembahasan isim maqshur. Dari nadhom ini dapat diambil pengertian bahwa berbeda dengan isim maqshur, isim manqush ini harus menampakan fatkhah ketika nashob. Contoh:
a. Ketika rofa’ seperti lafadz: جاء الداعِى (بضمّة مقدرة)
b. Ketika jer seperti lafadz:   مرَرْتُ بِالداعِى (بكسرة مقدرة)
c. Ketika nashob seperti lafadz: رَأَيْتُ الداعِيَ (بفتحة ظاهرة)
          Ketika mutsanna isim manqush tidak ada perubahan tertentu seperti dalam isim maqshur, cukup dengan menambah alif tasniyah. Contoh: - الداعِيَان الداعِى.  Dan ketika mutsanna dan jer menggantinya denga ya’ dan sebelumnya berarokat fatkhah. Contoh:- الداعِيَيْنِ  الداعِى.[16]
          Ketika jamak isim manqush membuang ya’ dan menggantinya dengan wawu serta sebelumnya diharokati dengan dhommah, contoh: القاضِى  - القاضُوْنَ.  Dan menggantinya dengan ya’ dan sebelumnya diharokati dengan dikasroh, contoh. القاضِى - القاضِيْنَ : [17]
3. Tanwinnya Isim Manqush
            Ketika tidak didahului alif lam maka harokat isim manqush ini ditanwin dan dibuang ya’nya ketika rofa’ dan nashob. Contoh: جاء قاضٍ ، مَرَرْتُ بِقاضٍ. Ketika nashob berbeda dengan rofa’ dan jer, ditanwin dan ya’nya tetap tidak dibuang. Contoh. رأيتُ قاضيًا :[18]
C. Isim Mamdud
1. Pengertian
            Isim mamdud secara bahasa berasal dari kata مدّ – ممدود  yang artinya dipanjangkan. Hal ini dikarenakan isim mamdud adalah isim yang didalamnya terdapat alif dan sesudahnya terdapat hamzah. Jika didalam ilmu tajwid harus membacanya dengan panjang yaitu 5 harokat.
            Secara istilah isim mamdud adalah
ومااستحق قبل آخر ألف #  فالمد في نظيره حتما عرف
            Isim yang sebelum huruf akhirnya berupa alif, maka dalam persamaannya pun pasti dibaca panjang, hal ini telah dijelaskan.[19]
هو الاسم الذى آخره همزة تلي ألفا زائدة.[20]
            Isim mamdud adala isim yang akhirnya berupa hamzah dan sebelumnya terdapat alif zaidah.
هو اسم معرب آخره همزة قبلها ألف زائدة.[21]
          Isim mamdud adalah isim mu’rob yang sebelum akhir berupa hamzah zaidah (tambahan).
            Jadi isim mamdud adalah isim yang di akhiri dengan hamzah dan dibacanya panjang karena sebelum hamzah tersebut terdapat alif zaidah.
            Hamzah dalam isim mamdud ada empat macam:
a. أصلية yaitu hamzah asli seperti lafadz: إنشَاء (من أنشاء)، ابتدَاء (من ابْتَدَأَ).
b.عن الياء أو واوو  منقلبة yaitu hamzah  sebagai ganti dari ya’ atau wawu seperti               lafadz:بناء (أصله بِنَايٌ)، عدَّاء (أصله عدَّاوٌ) .
c. زائدة لتأنيث yaitu sebagai tambahan untuk mentatsniyahkan seperti lafadz:حسناء (من حُسن)،  صحراء (من صحر).
d.لجمع  زائدة yaitu sebagai tambahan untuk menjamakkan seperti lafadz: عظماء             (من عظم)، شعراء   (من شعر).[22]
e. زائدة للإلحاق yaitu sebagai tambahan karena ilhaq (mengikuti) seperti lafadz: حِرباء، قَوْباء .[23]
2. Macam-macam Isim Mamdud
            Isim mamdud terbagi menjadi dua, yaitu qiyasi dan sima’i.
            Isim mamdud qiyasi terdapat pada tujuh macam isim mu’tal akhir:
a. Isim masdar dari fiil mazid yang awalnya berupa hamzah, contoh:- إعطَاء  أعطَى.
b. Isim masdar dari fiil wazan- يفعُلُ  فعَل contoh: رغَا – رُغَاء .
c. Isim masdar wazan فِعَال dari fiil wazan فاعل contoh:- وِلَاء  والى.
d. Isim yang terdiri dari empat huruf, yaitu jamak dari wazan أفعِلة contoh: أكسية – كِسَاء.
e. Isim yang terbentuk dari masdar-masdar wazan تَفعال atau تِفعال contoh: تَمشَاء.
f. Isim yang terbentuk dari sifat wazan فعّال atau مِفعال sebagai mubalaghoh, contoh: عدّاء, مِعْطاء.
g. Isim muannast أفعلَ  selain tafdhil, contoh:  أحمر- حمرَاء  ,أنجلَ – نجلَاء.[24]
            Isim mamdud sima’i adalah yang selain pada tujuh tempat di atas, dan hanya bisa diketahui dengan cara dihafalkan tidak bisa diqiyaskan. Seperti contoh: فتاء، سناء، غناء، ثراء.[25]
3. Alamat I’rob Isim Mamdud
            Isim mamdud ketika tingkah rofa, nashob, atau jer itu jelas tandanya. Ketika rofa dan jer, seperti contoh; نزل الماءُ من السماءِ. Contoh ketika nashob; الماءَ  رأيتُ.
            Adapun cara mentasyniyahkan isim mamdud adalah mentasyniyahkan dengan wawu pada hamzah yang berfaedah لتأنيث seperti contoh;  صحراوَانِ -صحراء,
            Kemudian mentasyniyahkan dengan wawu atau masih utuh hamzah pada hamzah yang berfaedah للإلحاق atauعن الياء أو واوو  منقلب seperti contoh: عِلبوَانِ/عِلْبئَانِ   كِسَاء - كِسوَانِ/كِسَئَانِ ,عِلْباء - ,- حيوَانِ/حيَائَانِ  حيَاء.
            Apabila hamzah  أصليةmaka mentasniyahkan masih utuh tidak perlu menukar hamzahnya, seperti contoh: ضِيَاء – ضِيَائَانِ.[26]
            Adapun cara menjamakan isim mamdud adalah mengganti hamzahnya dengan wawu pada hamzah berfaedah لتأنيث  seperti contoh:- ورقوُوْنَ  ورقَاء.
            Menambahkan wawu dan masih tetap hamzahnya pada hamzah seperti contoh:- وضؤُوْنَ  وضاء.
            Boleh dua wajah yaitu menetapkan hamzahnya atau menggantinya dengan wawu pada hamzah berfaedah للإلحاق atau منقلب عن الياء أو الواوو seperti contoh:          علباوُوْنَ/علباؤُوْنَ  - عِلْباء,  - حياوُوْنَ/حياؤُوْنَحياء, كساء – كسوُوْنَ/كسوُوْنَ.[27]
4. Tanwinnya Isim Mamdud
            Boleh memberi tanwin pada isim mamdud hamzah أصلية dan hamzah yang berfaedah   عن الياء أو الواوومنقلب seperti contoh: ابتداءٌ, بنَاءٌ, سمَاءٌ.
            Tidak boleh memberi tanwin pada hamzah yang berfaedah لتأنيث dan لجمع seperti contoh: صحراءُ, شعراءُ.[28]
C. Isim Shohih
1. Pengertian
            Kata shohih berasal dari kata صح صحيح yang artinya asli, sehat atau benar. Dinamakan dengan isim shohih dikarenakan isim ini diakhiri oleh huruf shohih bukan berupa hamzah atau alif lazimah seperti dalam isim mamdud atau isim maqshu dan manqush.
            Secara istilah isim shohih adalah
 ما ختم بحرف صحيح.[29]
            Isim yang diakhiri dengan huruf shohih.
الاسم معرب ليس آخره ألفا لازمة، ولا ياء لازمة مكسورا ما قبلها.[30]
            Isim mu’rob yang tidak diakhiri dengan alif lazimah dan ya’ lazimah yang sebelumnya berharakat kasroh.
الاسم الذى ليس فى آخره حرف من حروف العلّة (ألف لازمة أو ياء غير مشدّدة مكسور ما قبلها).[31]
            Isim yang tidak diakhiri oleh huruf-huruf ‘illat, yaitu alif lazimah atau ya’ tidak bertasydid yang disebelumnya berharakat kasroh.
            Jadi isim shohih itu adalah isim yang mudah diketahui alamat i’robnya, karena tidak diakhiri dengan alif lazimah atau yang lainnya, akan tetapi diakhiri dengan huruf shohih yang alamat i’robnya tampak secara jelas.
2. Alamat I’rob Isim Shohih
فارفع بضم وانصبن فتحا يجر # كسرا كذكر الله عبده يسر
Rofa’kanlah dengan dlommah, nashobkan dengan fatkhah, dan jerkan dengan kasroh seperti lafadz ذكر الله عبده يسر.[32]
            Nadhom alfiyah diatas dapat diambil pengertian bahwa isim shohih ketika rofa tandanya dengan dlommah, seperti contoh: زيد قام . Ketika nashob tandanya dengan fatkhah, seperti contoh:زيدًا  رأيتُ. Ketika jer tandanya dengan kasroh, seperti contoh: بزيدٍ مررتُ.
            Berikut ini adalah tabel alamat i’rob isim shohih (mudzakar) secara ringkasnya.
Isim
Rofa
Nashob
Jer
Mufrod
Dhommah
Fatkhah
Kasroh
Tasniyah
Alif
Ya’
Ya’
Jamak
Wawu
Ya’
Ya’

Perlu diperhatikan ya’ ketika tasniyah dan jamak itu berbeda. Jika tasniyah sebelumnya berharokat fatkhah, contoh: مسلمَيْنِ. Jika jamak sebelumnya berharokat kasroh, contoh: مسلمِيْنَ.
Berikut ini adalah tabel alamat i’rob isim shohih (muannast) secara risngkasnya.
Isim
Rofa
Nashob
Jer
Mufrod
Dlommah
Fatkhah
Kasroh
Tasniyah
Alif
Ya’
Ya’
Jamak
Dlommah
Kasroh
Kasroh

3. Tanwinnya Isim Shohih
Dalam isim shohih jika tidak didahului alif lam maka diberi tanwin dan juga sebaliknya, apabila didahului alif lam maka tidak diberi tanwin. Seperti contoh: كتابٌ – الكتابُ.


BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Jadi dalam pembagian isim dilihat dari segi dari struktur huruf akhirnya itu ada tiga, yaitu shohih, mamdud, maqshur, dan, manqhus. Shohih itu yang diakhiri dengan huruf-huruf shohih yang berharokat seperti biasa. Mamdud diakhiri dengan hamzah yang sebelumnya terdapat alif. Maqshur dan manqush diakhiri dengan alif lazimah bisa berupa bentuk ya’, jika maqshur sebelumnya fatkhah, jika manqush sebelumnya kasroh.
Dalam masalah i’rob isim maqshur dan manqush lah yang harus lebih diperhatikan karena berbeda caranya tidak seperti isim shohih dan mamdud. Jika maqshur selamanya muqodar (dikira-kirakan), dan manqush ditampakan ketika dalam keadaan nashob dengan fatkhah.















Daftar Pustaka
Al-Hazimiy Sayyid Ahmad. 2006. Qowaidul Asasiyah Lillughotil Arobiyah. Mesir: Muassasatul Mukhtar
Ali Ach Sjafi’. 2012. Terjemah Alfiyah Ibnu Malik. Lamongan: PP Al Quran Asy Syafiiyah
Anas A, Idhoh. 2009. Ilmu shorof lengkap. Pekalongan: Al-asri
Assuyuthi  Jalaludin. Al’alamah Ibnu Aqil . Semarang: Pustaka Alawiyah
Gholayini Musthofa. 2005.  Jamiuddurusil’arobiyah.  Syam: Darul Hadist
Hasan  Abbas. 2009 Nahwu Al-Wafi . Kurnisy Annail: Darul Ma’arif
Khirin Shohibul. 2008. Audlohul Manaahij. Jatibening: WCM pres
Lathif Muhammad Hamasah Abdul. 1997. Nahwul Asasi . Darul Fikr
Ni’mah Fuad. Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah. Berut: Daruts Tsaqofatul Islamiyah
Sadjak  Muhammad Nadjib. 2012. Tarjamah Alfiyah Ibni Malik.Jatirogo: KampoengKyai
Shofwan Sholihudin. 2005. Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik. Lirboyo: Darul Himah










[1]Fuad Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul Islamiyah:Tth) juz2 h.8
[2] Sholihudin Shofwan, Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik (Lirboyo:Darul Himah:2005) Cet2, Juz1, h.59
[3]Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.83
[4] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.83
[5]drs H A. Idhoh Anas MA, Ilmu shorof lengkap, (Pekalongan:Al-asri:2009 ) Cet2, h.119
[6] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.83-84
[7] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.85
[8]Abbas Hasan, Nahwu Al-Wafi (Kurnisy Annail:Darul Ma’arif:2009) h.189-190
[9] drs H A. Idhoh Anas MA, Ilmu shorof lengkap, (pekalongan:Al-asri:2009 ) h.121 & 125
[10] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.197
[11] Abbas Hasan, Nahwu Al-Wafi (Kurnisy Annail:Darul Ma’arif:2009) h.190
[12] Jalaludin Assuyuthi, Al’alamah Ibnu Aqil (Semarang:Pustaka Alawiyah:Tth) h.14
[13] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.87
[14] Hamasah Abdul Lathif, An Nahwu Al-Asasiy (Madinatu Nashr:Darul Fikri Al Arobiy:1997) h.55
[15]Sholihudin Shofwan, Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik (Lirboyo:Darul Himah:2005) Cet2 h.59
[16] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.189
[17] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.193
[18] Fuad Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul Islamiyah:Tth) juz2, h.9
[19] Muhammad Nadjib Sadjak, Tarjamah Alfiyah Ibni Malik (Jatirogo:KampoengKyai:2012) h.226
[20] Jalaludin Assuyuthi, Al’alamah Ibnu Aqil (Semarang:Pustaka Alawiyah:Tth) h.171
[21]Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.85
[22] Fuad Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul Islamiyah:Tth) juz2, h.9
[23] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.85
[24] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.86
[25] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.86
[26] Ach Sjafi’ Ali, Terjemah Alfiyah Ibnu Malik (Lamongan:PP. Al Quran Asy Syafiiyah:2012) h.356
[27] Musthofa Gholayini, Jamiuddurusil’arobiyah, (Syam:Darul Hadist:2005) h.193
[28] Fuad Ni’mah, Mulakhos Qowaidul Lughotul Arobiyah, (Berut:Daruts Tsaqofatul Islamiyah:Tth) juz2, h.9
[29]Shohibul Khirin, Audlohul Manaahij (Jatibening:WCM pres:2008) h.36
[30]Sayyid Ahmad Al-Hazimiy, Qowaidul Asasiyah Lillughotil Arobiyah (Mesir:Muassasatul Mukhtar:2006) h.66
[31] Muhammad Hamasah Abdul Lathif, Nahwul Asasi (   TT:Darul Fikr:1997) h.54
[32]Sholihudin Shofwan, Pengantar Memahami Alfiyah Ibnu Malik (Lirboyo:Darul Himah:2005) Cet2 h.38

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts