Wednesday, November 8, 2017


دجى الليل أشرب قهوة العشق
والليل كموج البحر العميق
الذي يموج في كل الدقائق
لو كان الماء حبرا يُكتب على الأوراق
لنفذ ماء البحر قبل أن تنفذ كلمة العشق
لحسن الحظ هناك قهوة تعبق
تجعلني مملوءا بكثرة المذاق
حتى قد يرى مني عبوس الوجه وطلق
طلق وجهي حين أذكر حلوة ابتسامها
وعبوس وجهي حين أذكر محال نيل عشقها
Kuminum kopi cinta di kala malam gelap
Malam itu bagaikan ombak laut yang teramat dalam
Yang mengombak di setiap menitnya
Andaikan air laut itu dijadikan sebagai tinta yang tertulis di atas kertas
Niscaya, air laut akan habis sebelum kalimat cinta itu usai
Untungnya, masih ada kopi yang berbau harum
Yang menjadikanku dipenuhi berbagai macam rasa
Sehingga, terkadang wajahku terlihat berseri dan cemberut
Wajahku berseri ketika kuingat senyum manisnya
Dan wajahku cemberut ketika kuingat kemustahilan untuk menggapai cintanya

Puisi ini juga diupload di akun ig ais nusantara
Untuk melihat klik di sini

Thursday, August 3, 2017



            Tanwin adalah salah satu tanda dari isim, seperti yang tercantum dalam nadzom Alfiyah
بالجر والتنوين والندا وأل # ومسند للاسم تمييز حصل
Yang artinya: jer, tanwin, nida, alif lam, dan musnad ilaih adalah ciri-ciri isim.
            Tanwin dan alif lam, walaupun keduanya sama-sama ciri dari isim. Akan tetapi keduanya bagaikan air dan minyak. Kenapa begitu? Karena tanwin dan alif lam tidak bisa bersama, tidak bisa berdampingan, tidak bisa berada dalam suatu isim secara bersamaan. Jika sudah ada tanwin berarti tidak ada alif lam, jika sudah ada alif lam berarti tidak ada tanwin.
            Tanwin juga bisa menjadi patokan atau menjadi tolak ukur suatu isim berbentuk ma’rifat atau berbentuk nakiroh. Sebenarnya bukan tanwinnya yang menjadi tolak ukur suatu isim itu ma’rifat atau nakiroh, akan tetapi alif lamnya. Karena alif lam lah yang menjadi salah satu ciri dari isim marifat. Seperti yang tertulis dalam nadzom alfiyah.
وغيره معرفة كهم وذي # وهند وابني والغلام والذي
Yang artinya: selain isim nakiroh itu namanya isim ma’rifat, isim ma’rifat diantaranya; isim dhomir, isim isyaroh, isim alam, isim yang mudhof dengan isim ma’rifat, isim yang didahului alif lam, dan isim maushul
Akan tetapi karena sifat tanwin dan alif lam yang seperti air dan minyak tadi, jadi secara tidak langsung tanwin juga bisa digunakan sebagai tolak ukur suatu isim ma’rifat atau nakiroh.
            Isim ma’rifat tentunya terdapat alif lam dan dia tidak bertanwin, contohnya الطالبُ . sedangkan isim nakiroh sebaliknya, contohnya طالبٌ . dari berbagai banyak jenis tanwin, tanwin dalam contoh ini adalah jenis tanwin tamkin, atau bisa juga disebut tanwin shorfi.
            Sedikit menjelaskan apa itu tanwin tamkin. Tanwin tamkin adalah tanwin yang masuk ke dalam isim mu’rob. Bisa dinamakan dengan tanwin shorfi, karena isim yang tidak bisa menerima tanwin ini disebut dengan ممنوع من الصرف , atau kita sering menyebutnya dengan istilah isim ghoiru munshorif. Oleh karena bisa disebut dengan tanwin shorfi.
            Lalu kenapa penulis memberi judul seperti itu, padahal sudah jelas tadi bahwa isim yang nakiroh atau tidak beralif lam pasti dia akan ditanwin. Eiittssss,,, tunggu dulu, tentunya penulis tidak sembarang memberi judul, dan tentunya mempunyai alasan kenapa menulis judul tersebut.
            Sebelumnya mari kita lihat surat Al-Maidah ayat 119.
قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Jika diteliti dengan seksama, dalam ayat ini terdapat satu kalimat isim nakiroh yang tidak ditanwin. Lalu kenapa bisa begitu? Apakah benar klo dia itu berupa isim nakiroh, lalu jika benar kenapa tidak ditanwin?
            Berawal pertanyaan inilah timbul rasa penasaran penulis, dan akhirnya jawaban dari rasa penasaran tersebut akan penulis coba tuangkan dalam tulisan ini.
            Kalimat يَوْمُ dalam ayat tadi berkedudukan sebagai khobar dari mubtada هَٰذَا . jika khobar tentu dibaca rofa, dan rofanya dengan dhummah karena dia adalah isim mufrod. Tapi kenapa tidak ditanwin? Bukannya kalimat tersebut berupa nakiroh. Ternyata kalimat يَوْمُ di ayat tadi belum selesai, karena kalimat يَوْمُ yang berkedudukan sebagai khobar mubtada, dia juga berkedudukan sebagai mudhof dari suatu susunan idhofah. Seperti yang kita ketahui bahwa mudhofnya idhofah tidak boleh ditanwin atau diakhiri nun. Sebagaimana dalam nadhom alfiyah.
نونا تالي الإعراب أو تنوينا # مما تضيف احذف كطور سينا
Yang maksudnya adalah; buanglah nun dan tanwin pada isim mu’rob yang menjadi mudhofnya idhofah, contoh طورٍ dan سينا menjadi طورِسينا
Dari sini sudah jelas bukan, kenapa kalimat يَوْمُ tidak ditanwin. Karena kalimat يَوْمُ berkedudukan sebagai mudhof, dan mudhof tidak boleh ditanwin. Sedangkan kalau ada mudhof tentunya pasti ada mudhof ilaih supaya menjadi susunan idhofah       yang sempurna, layaknya diriku jikalau tanpamu akan jauh dari kata sempurna #eeaaakkkk.... lalu mudhof ilaihnya dimana? Dan dirimu juga entah kemana L wkwk
            Mudhof ilaih dari kalimat يَوْمُ adalah jumlah fi’iliyah yang berada sesudahnya, yaitu kalimat يَنْفَعُ. Lhoh kok bisa mudhof ilaih berupa jumlah fi’liyah, lalu bagaimana hukumnya? Dalam kitab I’rob al-Quran dijelaskan bahwa jumlah يَنْفَعُ berkedudukan majrur sebagai mudhof ilaih dari يَوْمُ,[1] dan dalam tafsir Bahrul Muhith, disebutkan bahwa asal kalimatnya adalah هذا يومُ نفعِ الصادقين .[2]
            Ternyata ada juga ya isim yang menjadi mudhof dari mudhof ilaih yang berupa jumlah fi’iliyah. sebenarnya hal ini tidak aneh, karena kalau diperhatiakn lagi. Isim yang menjadi mudhof tadi bukan isim biasa, tetapi berupa isim dhorof, yaitu dhorof zaman mutashorrif. Karena memang ada suatu qoidah yang mengatakan bahwa setiap isim zaman (dhorof) boleh dijadikan idhofah dengan jumlah, baik itu ismiyah maupun fi’liyah.[3]
            Sedangkan i’rob bagi isim dhorof yang mudhof terhadap jumlah ada beberapa pendapat.
1. menurut Ulama Kufah
Mengatakan bahwa isim dhorof yang dimudhofkan ke jumlah ismiyah atau fi’liyah (baik itu fiil mudhori atau madhi) maka boleh mu’rob dan boleh mabni. Contohnya : هذا يومُ/يومَ جاء زيد ، هذا يومُ/يومَ زيد قائم ، هذا يمُ/يومَ يقوم زيد
Sebagaimana contoh lain dalam syairnya Nabighoh Adzdzibyani
علي حينَ عاتبتُ المشيبَ على الصبا # فقلتُ ألمّا أصبحُ والشيبُ وازعُ
Kalimat حينَ bisa juga dibaca murob menjadi حينِ akan tetapi membacanya dengan mabni itu lebih dipilih.
2. menurut Ulama Basroh
Mengatakan bahwa isim dhorof yang dimudhofkan ke jumlah ismiyah atau fi’liyah (yang berupa fiil madhi atau fiil medhori yang tidak bertemu nun taukid atau nun jamak inast) maka wajib mu’rob.[4]
 Dan apabila dimudhofkan ke jumlah fi’liyah (yang berupa fiil madhi atau mudhori yang bertemu dengan nun taukid atau nun jamak inast) maka wajib mabni
Contohnya sebagaimana dalam ayat yang telah diabahas  هذا يومُ ينفع الصادقين صدقُهم. Contoh lain: هذا يومَ جاءَ زيدٌ
            Akan tetapi ada juga qiroat yang membaca ayat قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ dengan menggunakan fatkhah, menjadi قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمَ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ yaitu dari riwayat Imam Nafi’.[5]
            Demikianlah jawabanan yang penulis dapat atas rasa penasaran penulis, semua ini penulis tulis ulang dari penjelasan yang penulis dapat dari dosen dan beberapa referensi.
            Semoga bermanfaat J


[1] Muhyidin ad-Darwisy, I’rob al-Quran wa Bayanuhu, jilid 4 h.54
[2] Abu Hayan Al Andalusi, Tafsir al-Bahr al-Muhith, jilid 4 h.67
[3] Lihat al-Hawi fi at-Tafsir al-Qurannya Abdurrahman al-Qommas
[4] Lihat syarah Ibnu Aqil nadhom وابن أواعرب ما كإذ قدأجريا ....
[5] Abu Hayan Al Andalusi, Tafsir al-Bahr al-Muhith, jilid 4 h.67

Monday, July 3, 2017



BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
            Belajar Bahasa Arab tidak cukup hanya menguasai nahwu dan shorof saja. Akan tetapi juga harus menguasai ilmu balaghoh, yang di dalamnya membahas tentang ma’ani, bayan, dan badi.
Balaghoh secara bahasa bermakna mencapai dan sampai. بلغ فلان مراده artinya seseorang telah mencapai keinginannya. بلغ الركب المدينة artinya rombongan telah sampai di kota.[1]
تأدية المعني الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة: لها في النفس أثر حلاب، مع ملاءمة كل كلام للموطن الذي يقال فيه secara istilah adalah menyampaikan makna luhur yang jelas dengan ungkapan yang benar dan fasih, yang memberikan pengaruh menarik dalam jiwa, disertai dengan sesuainya situasi dan kondisi yang ada.[2]
            Dalam pembahasan balaghoh ini, tepatnya dalam ilmu ma'ani. Kalam akan terbagi menjadi dua, yaitu khobar dan insya. Hal ini adalah sangat mendasar, oleh karenanya hendaknya bagi para pelajar yang sedang mempelajari ilmu balaghoh, harus menguasai betul dan memahami apa itu khobar terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan khobar?
2. Bagaimana balaghoh khobar dalam Surat Al-Ashr

C. Penyelesaian Masalah
1. Menjelaskan pengertian khobar secara terperinci dengan singkat dan jelas
2. Menjelaskan balaghoh khobar dalam Surat Al-Ashr


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khobar
            Khobar adalah kalam yang pembicaranya dapat dituduh benar atau bohong. Apabila kalamnya sesuai dengan kenyataan maka dia itu benar. Dan apabila tidak sesuai dengan kenyataan maka dia itu bohong
            Masih berkaitan dengan benar atau bohongnya suatu kalam tergantung pada nisbah kalamiyah dan nisbah khorijiah. Nisbah kalamiyah adalah adalah sesuatu yang dinisbahkan pada kalam atau perkataan mutakalim. Sedangkan nisbah khorijiyah adalah sesuatu yang dinisbahkan pada khorij atau kenyataan yang terjadi. Jadi suatu khobar bisa dikatakan benar apabila adanya kesesuaian antara nisbah kalamiyah dan nisbah khorijiah. Apa bila tidak, maka khobar tersebut adalah bohong atau tidak benar.
B. Susunan Khobar
            Susunan di dalam khobar ada dua macam, yaitu asasi dan ghoiru asasi. Asasi terdiri dari musnad ilaih atau juga bisa disebut dengan mahkum alaih dan musnad atau juga bisa disebut dengan mahkum bih.
 Musnad ilaih ini bisa dikatakan sebagai inti dari pembicaraan, contoh dalamقام زيد  dan زيد قائم. Musnad ilaih pada contoh pertama yang berupa jumlah ismiyah (terdiri dari mubtada dan khobar) adalah Zaidun, begitu pula dalam contoh kedua yang berupa jumlah filiyah (terdiri dari fiil fan fail) adalah Zaidun. Sedangkan qoma dan qoimun, keduanya adalah musnad. Karena memang dalam kedua contoh tersebut sama-sama membicarakan zaid yang berdiri. Musnad ilaih bisa berupa mubtada, fail, naibuk fail, isim inna, dan isim kana. Dan musnad bisa berupa fiil, mubtada yang tidak mempunyai khobar, khobar, khobar kana, dan khobar inna, isim fiil, dan masdar yang menggantikan fiil amrnya.
Ghoiru asasi terdiri dari satu, yaitu qoyid. Qoyid bisa dikatakan sebagai keterangan tambahan atau pelengkap. Kalau dalam ilmu nahwu ada istilah fudhlah, yaitu amil yang bisa dibuang. Sama dengan halnya fudhlah, qoyid pun bisa dibuang karena memang dia hanya
tambahan saja. Macam-macam qoyid antara lain adat syarat, nafi, maful, hal, tamyiz, tabi, dan amil nawasikh. إن زيدا قائم dalam kalimat ini, qoyid berupa amil nawasikh, yaitu inna. Dan inna ini bisa dibuang, karena walaupun tidak ada inna kalam tadi tetap bisa berfaedah karena memiliki struktur yang lengkap. Jika inna dibuang menjadi زيد قائم.
C. Tujuan Penyampaian Khobar
Adapun tujuan dari penyampaian khobar ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tujuan asli dan tujuan balaghi.
 Tujuan asli dari penyampaian khobar ada dua macam, yaitu faidatul khobar dan lazimul faidah. Faidatul khobar adalah berita yang bersifat informatif, yaitu memberikan suatu berita atau info kepada mukhotob yang awalnya mukhotob tidak tahu sama sekali tentang berita atau info tadi. Contohnya; “dosen telah datang”. Khobar ini berfaidah faidatul khobar karena seseorang mahasiswa memberitahu kepada temannya yang sedang bermain handphone di dalam kelas bahwa dosen telah datang, kemudian agar dia berhenti bermain handphone, sedangkan mahasiswa yang bermain handphone tadi awalnya memang tidak mengetahui bahwa dosen telah datang.
Sedangkan lazimul faidah adalah berita yang bersifat klarifikatif, yaitu memberikan pemahaman kepada mukhotob bahwa mutakalim mengetahui suatu hal yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh mukhotob. Contohnya; “hari ini kamu bangun pagi sekali”. Khobar ini berfaidah lazimul faidah karena mutakalim memberikan pemahaman kepada mukhotob bahwa dirinya mengetahui jika mukhotob telah bangun pagi hari ini. Dan hal ini secara otomatis telah diketahui sebelumnya oleh mukhotob.
Selain dari tujuan asli tadi, penyampaian khobar ini juga mempunyai tujuan balaghi, diantaranya istirham (meminta belas kasihan), idhar dho’fi (menampakan kelemahan), al-khast ala sa’yi waljiddi (himbauan agar berusaha dan bersungguh-sungguh), idhar tahassur (menampakan penyesalan), al fakhr (kebanggaan).
D. Macam-macam Khobar
            Dilihat dari keadaan mukhotob, khobar terbagi menjadi tiga, yaitu ibtidai, tholabi dan inkari. Khobar ibtidai yaitu ketika mukhotobnya dalam keadaan kholi dzihni, yaitu tidak memikirkan apapun dan bisa secara begitu saja menerima khobar, dan dalam keadaan seperti ini penyampaian khobar tidak membutuhkan taukid. Contoh; الأستاذ جاء
            Tholabi yaitu ketika mukhotobnya ragu-ragu dengar khobar yang dia terima, dan dalam keadaan seperti ini biasanya terdapat satu taukid dalam khobar. Contoh: الأستاذ قد جاء
            Inkari yaitu ketika mukhotobnya mengingkari dan tidak percaya terhadap khobar yang dia terima. Dalam keadaan seperti ini, diperlukan taukid lebih dari satu dalam khobar. Contoh;  واللهِ الأستاذ لقد جاء
            Akan tetapi terkadang terjadi penyelewengan penyampaian khobar dari keadaannya yang jelas, seperti contoh menempatkan kholi dzihni (kosong pikirannya) pada tempatnya mutarodid (ragu-ragu) sehingga ditemukan satu taukid dalam khobarnya, menempatkan orang yang tidak mengingkari pada tempatnya orang yang munkir (ingkar dan tidak percaya) sehingga ditemukan beberapa taukid dalam khobar, dan menempatkan orang yang munkir pada tempatnya orang yang yang tidak munkir (ingkar dan tidak percaya) sehingga tidak ditemukan taukid dalam khobarnya.
E. Balaghoh Khobar dalam Surat al-Ashr
            Ayat pertama berupa qosam, yang bermakna “demi masa”. Dan di sini tidak akan dibahas tentang balaghoh qosam. Karena qosam bukan merupakan bagian dari khobar, melainkan bagian dan insya, yakni insya’ qhoiru tolabi.
            Ayat kedua berupa khobar inkari, karena di dalamnya terdapat beberapa taukid. Yang pertama taukid qosam yang terdapat pada ayat pertama, kedua taukid berupa inna, ketiga taukid berupa lam taukid.[3] Khobar di sini berupa inkari tetapi bukan ditujukan kepada orang yang munkir, oleh karena khobar ini termasuk dari tanzil ghoiru munkir manzilatassailah munkir (menempatkan orang yang tidak inkar pada posisi orang yang inkar). Karena mukhotob, yakni Nabi Muhammad dan seluruh umat manusia dalam keadaan kholi dzihni,  bukan munkir. Kholi dzihni dengan berarti mempercayai dan dapat menerima sesuatu yang difirmankan dalam Alquran, karena tidak mungkin seorang Nabi Muhammad itu munkir terhadap Alquran. Dan tujuan dari taukid-taukid tadi bukan untuk menyakinkan bagi orang yang munkir, tetapi untuk mengingatkan kepada seluruh manusia karena manusia itu sungguh benar-benar dalam kerugian agar kemudian sadar dan kembali ke jalan yang benar. Dan khobar di sini memiliki faidah faidatul khobar, karena sebelumnya mukhotob belum mengetahui hal ini.
Dilihat dari segi susunannya, musnad ilaih dalam ayat kedua adalah al insan, karena dia berkedudukan sebagai isimnya inna. Sedangkan musnadnya yaitu syibhu jumlah yang berupa jar majrur. Qoyidnya adalah amil nawasikh berupa inna dan lam taukid. Kalimat al insan ini menunjukan makna seluruh manusia tanpa terkecuali, إطلاق البعض وإرادة الكل (mengucapkan tertentu atau sebagian dengan dibatasi dengan al akan tetapi yang dimaksud adalah keseluruhannya).[4] Akan tetapi ada lanjutannya pada selanjutnya, yaitu istisna yang akan memberikan qoidah qosr.
Ayat ketiga berupa khobar ibtidai, karena tidak ada taukid di dalamnya. Ayat ketiga ini masih berhubungan dengan ayat yang kedua, karena mustasna minhunya istisna dalam ayat ketiga terdapat dalam ayat yang kedua, yaitu al insan (seluruh manusia).[5]
            Dilihat dari susunannya, musnad ilaih dalam ayat ketiga ini adalah dhomir hum (mereka) yang tersimpan dalam fiil أمنوا ، عملوا ، تواصوا  . sedangkan musnadnya berbentuk istisna berupa إلا الذين , maful berupa الصلحات , dan jar majrur berupa بالحق ، بالصبر . Sedangkan qoyidnya berupa adat istisna dan wawu athof.















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan           
            Kalam di dalam Surat al-Ashr ini termasuk khobar inkari karena terdapat beberapa taukid di dalamnya. Akan tetapi khobar inkari ini bukan bermaksud ditujukan kepada orang yang munkir. Karena wahyu Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak mungkin seorang Nabi itu munkir. Adapun beberapa taukid yang terdapat pada surat ini bertujuan untuk menarik perhatian serta mengingatkan kepada semua manusia. Agar mereka sadar bahwa mereka berada di dalam kerugian yang sangat besar.

















Daftar Pustaka
Al-Andalusi, Abu Hayan. 1993. Bahrul muhith. Beirut: Darul Kutub
Ash-Shobuni, Muhammad Ali. 1981. Shofwah at-Tafasir. Beirut: Darul Quran al-Karim
Asy-Syaikholi, Abdul Wahid. 2001. Balaghoh al-Quran al-Karim fi al-I’jaz. Oman: Maktabah Dandis
Al-Hasyimi, Ahmad. 1960. Jawahir al-Balaghoh. Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arobiyah
Jarim, Ali. Musthofa Amin. 2007. al-Balaghoh al-Wadhihah. Jakarta: Roudhoh Press


[1] Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghoh, (Indonesia:Dar al-Ihya al-Kutub al-Arobiyah:1960) h.31
[2] Ali Jarim, Musthofa Amin, al-Balaghoh al-Wadhihah, (Jakarta:Roudhoh Press:2007) h.10
[3] Abdul Wahid Asy-Syaikholi, Balaghoh al-Quran al-Karim fi al-I’jaz, (Oman: Maktabah Dandis: 2001) Jilid. 10 h. 700
[4] Muhammad Ali Ash-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, (Beirut: Darul Quran al-Karim: 1981) jilid. 3 h. 601
[5] Abu Hayan Al-Andalusi, Bahrul muhith, (Beirut: Darul Kutub: 1993) jilid. 8 h. 507

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts