A. Homonimi
Kata homonimi
berasal dari Bahasa Yunani kuno, yaitu onama yang artinya nama, dan homo yang
artinya sama. Secara harfiyah homonimi dapat diartikan sebagai nama sama untuk
benda atau hal lain. Menurut Verhaar, homonimi adalah ungkapan (kata, frase,
atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (kata, frase, atau
kalimat) tetapi maknanya tidak sama.
Homonimi adalah dua buah kata berbeda, atau bisa jadi lebih dari
dua, tentu saja dengan arti yang berbeda pula, yang memiliki kesamaan fonologis
dan atau ortografis. Atau
pengertian lain dari hominimi adalah dua ujaran dalam bentuk kata yang sama
lafalnya dan sama ejaannya atau tulisannya. Dengan demikian bentuk homonimi
dapat dibedakan berdasarkan lafalnya dan berdasarkan tulisannya. Dua ujaran
dalam bentuk kata yang sama lafalnya, tetapi berlainan tulisannya disebut homofoni.
Misalnya, bank dan bang. Atau ada juga dua ujaran dalam bentuk kata yang sama
tulisannya, tetapi berlainan pelafalannya disebut homografi. Misalnya
Bela dan bela.
Adapun menurut
para linguis Arab, homonimi adalah:
لهومونيم: عبارة
عن كلمات متشابهة في النطق والكتابة ولكنها مختلفة في الدلالة
Homonimi adalah suatu kalimat yang sama di dalam pelafalan dan
penulisannya, akan tetapi mempunyai makna yang berbeda.
Jerrold dan Jerry
Fodor pertama kalinya mengemukakan aturan atau batas makna kalimat dalam karyanya
yang masyhur yaitu The Structure of a Semantic Theory, yang tersebar
pada tahun 1963. Kemudian mulai muncul perubahan dan pengembangannya yang
bermacam-macam.
Teori ini berlaku
ketika memisahkan makna suatu kalimat dari makna-maknanya yang lain berdasarkan
silsilah unsur unsur awalnya dengan cara menyajikan makna-maknanya dari makna
umum menjadi makna khusus. Setiap makna kalimat dibatasi atau melalui 3 fase;
grammatical marker, semantic marker, distinguisher. Contoh kalimat Bachelor
yang mempunyai beberapa makna yaitu:
·
Penunggang
kuda kecil yang melayani penunggang kuda yang besar
·
Sarjana
kampus tingkat awal
·
Perjaka
·
Hewan
laut yang tidak melakukan proses pembuahan
Adapun fase atau proses dari penghasilan makna-makna tersebut
adalah sebagai berikut;
Ø Bachelor > kata benda >> hewan >> laki-laki
>>> hewan laut yang tidak melakukan proses pembuahan
Ø Bachelor > kata benda >> manusia >>> sarjana
Ø Bachelor > kata benda >> manusia >>> laki-laki
>>> Penunggang kuda kecil yang melayani penunggang kuda yang besar
Ø Bachelor > kata benda >> manusia >>> laki-laki
>>> perjaka
Keterangan dari proses tersebut adalah sebagai berikut; tanda
(>) adalah grammatical marker, tanda (>>) adalah semantic marker, dan
tanda (>>>) adalah distinguisher.
Analisis homonimi
menurut Verhaar adalah analisis linguistik, maka kreteria-kreteria
linguistiklah yang dipergunakan untuk menganalisa homonimi. Pertama,
secara linguistik homonimi ialah ungkapan baik kata, frase, atau kalimat yang
sama bentuknya namun mempunyai makna yang berbeda. Kedua, ciri untuk
menguji makna itu adalah ciri suprasegmental, morfofonemik, ciri unsur bawaan
langsung, dan ciri hubungan struktur dalam dan struktur luar. Ketiga,
homonimi ini dapat diuji dengan satuan kata, frase, dan kalimat. Bahkan homonimi
juga dapat terjadi dalam tataran morfem.
Homonimi
antarmorfem. Morfem nya dalam kalimat ini bukuku, itu bukumu, dan yang di
sana adalah bukunya. Morfem nya di sini bermakna kata ganti orang ketiga.
Sedangkan morfem nya dalam kalimat mau belajar tetapi bukunya belum ada. Morfem
nya di sini bermakna sebuah buku tertentu.
Homonimi antarkata.
Dalam proses morfofonemik kita mengenal kata mengukur dan mengukur, kata
mengukur diturunkan dari kata kukur, dan mengukur diturunkan dari kata ukur.
Kita juga mengenal homonimi lain seperti mengurus dari kata kurus, dan mengurus
dari kata kurus.
Homonimi antarafrase. Frase guru bahasa
Inggris (dapat diparafrasiskan dengan guru mengenai atau tentang bahasa
Inggris) dan guru bahasa Inggris (parafrasis guru bahasa orang Inggris). Pidato
presiden yang terakhir (sama dengan parafrasis presiden itu yang terakhir) dan
pidato presiden terakhir (parafrasis pidato yang terakhir). Lukisan toni (sama
dengan parafrasis lukisan milik toni) dan lukisan toni (parafrasis lukisan
karya toni) atau bahkan lukisan toni (parafrasis lukisan tentang diri toni).
Homonimi antarfrase secara struktural dapat dijelaskan dengan teknik Unsur
Bawahan Langsung (surlang).
Homonimi
antarkalimat. Baju orang yang pendek itu putih (parafrasis baju orang itu
putih dan orang itu pendek atau orang yang memakai baju putih itu pendek) dan
baju orang yang pendek itu putih (parafrasis orang itu memakai baju yang pendek
dan putih atau baju pendek orang itu putih). Secara struktural homonimi ini
dapat dijelaskan dengan analisis surlang atau dengan teknik transformasi dengan
pembedaan struktur dalam dan struktur luar.
Masalah lain dalam
homonimi ini adalah perbedaan antara homonimi dan polisemi. Bagaimana cara
menentukan dua kalimat yang sama apakah homonimi ataukah polisemi? Patokan
pertama yang harus dipegang adalah bahwa homonimi itu merupakan dua buah bentuk
ujaran atau lebih yang kebetulan bentukanya (penulisan dan atau pelafalannya)
sama, sedangkan maknanya tentu saja berbeda jauh. Sedangkan polisemi adalah
bentuk ujaran yang mempunyai makna lebih dari satu. Makna-makna yang ada di
dalam polisemi ini, walaupun berbeda tetapi dapat dilacak secara etimologi dan
semantik, bahwa makna-makna itu masih mempunyai hubungan. Sebaliknya,
makna-makna yang ada dalam hominimi tidak mempunyai hubungan sama sekali.
Contohnya makna
kepala. Hubungan makna kepala pada bentuk kepala surat dan kepala jarum bisa
ditelusuri berdasarkan dari makna leksikal kata kepala itu. Namun kita tidak
bisa melacak kata hubungan makna kata bisa yang bermakna racun ular dan makna
bisa yang bermakna sanggup. Jelas diantaranya keduanya tidak ada hubungan sama
sekali.
B. Hiponimi
Hubungan hiponimi (‘alaqat al-isytimali) adalah hubungan yang
melibatkan sejumlah makna yang terkandung dalam sebuah kata yang setiap
anggotanya memiliki kemiripan acuan, contoh kata إنسان
dan kata-kata yang menjadi cangkupannya seperti أحمد،
خالد، عمر dan lain sebagainya.
Kata hiponimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onama yang
bermakna nama dan hypo bermakna
bawah. Jadi secara harfiah berarti nama yang termasuk di bawah nama lain.
Secara semantik, Verhaar menyatakan hiponimi adalah ungkapan yang maknanya
dianggap merupakan bagian dari makna suatu ungkapan lain. Contohnya kata
tongkol adalah hiponimi dari kata ikan sebab makna tongkol berada atau termasuk
dalam makna kata ikan. Tetapi ikan bukan hanya tongkol saja, tetapi ada mujair,
lele, bandeng, dan lain-lain. Jadi kata tongkol berhiponim dengan kata ikan,
tetapi kata ikan tidak berhiponim dengan kata tongkol, sebab makna ikan
meliputi seluruh jenis ikan.
Dalam hal ini,
relasi antara ikan dan tongkol (atau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi.
Jadi kalau tongkol berhiponin terhadap ikan, maka ikan berhipernim terhadap
tongkol.
Lalu bagaiman hubungan antara tongkol dengan mujair, lele, dan
bandeng yang sama-sama berhiponimi terhadap ikan? Biasanya hubungan ini disebut
dengan istilah kohiponim. Jadi tongkol berkohiponim dengan mujair, lele,
dan bandeng.
Konsep hiponimi dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan
kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada di bawah makna lainnya.
Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipermini terhadap suatu
jumlah kata lain, akan menjadi hiponimi terhadap kata lain yang berada di
atasnya. Umpanya kata ikan merupakan hipernimi dari tongkol, mujair, lele,
bandeng akan menjadi hiponimi terhadap kata binatang. Mengapa demikian? Sebab
yang termasuk binatang bukan hanya ikan, tetapi juga kambing, ayam, monyet, dan
lain sebagainya. Selanjutnya binatang ini pun merupakan hiponimi terhadap kata
makhluk, sebab yang termasuk makhluk bukan hanya binatang, tetapi juga manusia.
Jika tongkol dan lele menjadi hiponim dari dari ikan, maka apa nam
hubungan antara jendela dan pintu terhadap rumah? Dalam kasus ini perlu dilihat
adakah kesamaan hubungan antara pintu terhadap rumah dengan tongkol terhadap
ikan? Tampaknya hubungan itu tidaklah sama. Jika tongkol dan lele adalah buru
atau sejenis burung, maka jendela dan pintu bukanlah rumah atau sejenis rumah.
Jendela dan pintu hanyalah bagian atau komponen dari rumah. Hubungan antara
jendela dan pintu dengan rumah ini disebut dengan partonimi atau meronimi.
C. Kesimpulan
Analisis pada
makna semantik ada beberapa cara, diantara dengan homonimi dan hiponimi.
Homonimi sendiri adalah bentuk makna yang berbeda tetapi sama dalam bentuk
tulisan (homografi) atau sama bentuk ujarannya (homofoni).
Sedangkan hiponimi
sendiri adalah hubungan semantik antara sebuah bentuk ujaran yang maknanya
tercangkup dalam bentuk ujaran yang lain. Contohnya seperti tongkol merupakan
hiponim terhadap ikan, karena tongkol sendiri sendiri merupakan ikan. Kebalikan
hubungan dari hiponimi adalah hipernimi. Jadi ikan merupakan hipernim terhadap
tongkol.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer Abdul.
2014. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta
Chaer Abdul.
1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta
HS. Mohammad
Matsna. 2016. Kajian Semantik Arab Klasik dan Kontemporer. Jakarta.
Prenadamedia
Parera J.D..
2004. Teori Semantik. Jakarta. Erlangga
Umar Ahmad
Mukhtar. 1982. Ilm al-Dilalah. Kuwait. Maktabah Daul ‘Arubah
Taufiqurrahman.
2008. Leksikologi Bahasa Arab. Malang. UIN-Malang Press
Subuki
Makyun.2011. Semantik: Pengantar Memahami Makna Bahasa. Jakarta. Trans
Pustaka