Pada kesempatan
kali ini, di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, saya akan sedikit membahas
tentang surat Al Qadar. Kebetulan sekali bukan, surat yang membahas malam
lailatul qadar di dalamnya, yang menjadi dambaan para pemburunya, saya bahas di
sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Akan tetapi tulisan kali ini tidak akan
membahas tentang seputar malam lailatul qodarnya atau membahas isi surat Al
Qadar, yang akan dibahas di sini adalah kalimat tanazzalu di ayat ke 4.
Sekarang mari kita
fokus ke titik pembahasan kita yaitu kalimat tanazzalu. Penulis memberi
judul tulisan ini; tanazzalu madhikah atau mudhorikah. Karena berangkat
dari keterkecohan diri penulis sendiri menganggap kalimat tanazzalu
sebagai fiil madhi yang mengikuti wazan tafa’ala(تَفَعَّلَ)
. Tetapi setelah dilihat lagi bunyi kalimatnya bukan tanazzala
melainkan tanazzalu, sedangkan apabila mengikuti wazan tsulasi mazid
biharfain tadi seharusnya menjadi tanazzala(تَنَزَّلَ)
. Lalu kalimat tanazzalu ini sebenarnya fiil madhi atau
bukan?
Ternyata teman-teman.
Tanazzalu ini bukanlah fiil madhi melainkan fiil mudhori, karena jika
madhi seharusnya berbunyi tanazzala, tetapi di sini berbunyi tanazzalu.
Akan tetapi jika memang tanazzalu ini mudhori, mengikutinya wazan apa? Tanazzalu
fiil mudhori mengikuti wazan yatafa’alu(يَتَفَعَّلُ) .
Tetapi antara tanazzalu dan wazan yatafa’alu ternyata tidaklah
sesuai. Karena memang di dalam kalimat tanazzalu ini asal sebenarnya adalah
tatanazzalu(تَتَنَزَّلُ) ,
yang kemudian huruf mudhoroahnya yang berupa ta’ dibuang karena
mengikuti salah satu qoidah shorof yang membolehkan pembuangan huruf mudhoroah
yang berupa ta’ di dalam wazan tafaa’ala(تفاعل)
dan tafa’’ala(تفعّل) . Pembuangan ta’ ini dibolehkan
karena alasan untuk meringankan dalam pelafalan. Bagi orang Arab mengucapkan
dua huruf yang sama yang berdampingan itu susah dan berat (seperti menggapai
cintamu *ehh). Makanya pembuangan ta’ mudhoroah di sini
diperbolehkan.
Jadi, tanazzalu
itu bukanlah fiil madhi melainkan mudhori yang asalnya tatanazzalu. Yang
menyimpan dhomir muannast hiya dan marji’ dhomirnya ke kalimat al malaikah
yang berbentuk muannast karena terdapat ta’ marbuthoh.
Akan tetapi
teman-teman. kalimat tanazzal ini bukan hanya terdapat di surat Al Qadar
saja, ada juga di dalam surat Fussilat ayat 30, yang berbunyiتَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلآئِكَة (tatanazzalul ‘alaihimul malaaikah).
Berbeda memang dengan yang tertulis di surat Al Qodar. Jika di dalam surat Al
Qodar ta' mudhoroah fiil tatanazzalu itu dibuang, di dalam surat
Fussilat ini justru tidak dibuang. Memang sih pembungan ta’ ini hukumnya
boleh, jadi boleh dibuang boleh tidak. Tetapi apa perbedaannya antara tatanazzalu
di surat Al Qadar yang dibuang ta’ mudhoroahnya dengan tatanazzalu
di surat Fussilat yang tidak dibuang ta’ mudhoroahnya.
Tentunya bukan
tidak ada alasan kedua perbedaan ini, dan inilah salah keindahan dan
keistimewaan Al Quran. Kalimat tanazzalu maupun tatanazzalu,
keduanya mempunyai makna yang sama yaitu turunnya Malaikat ke bumi. Karena kalimatnya
berbeda maka sebenarnya di dalam maknanya pun ada perbedaannya. Tatanazzalu
di dalam surat Fussilat mempunyai makna turunnya Malaikat ke bumi yang tidak
hanya sekali melainkan setiap saat ketika telah datang ajal setiap orang yang
ada di bumi. Sedangkan tanazzalu di dalam surat Al Qadar mempunyai makna
turunnya Malaikat ke bumi hanya sekali yaitu di malam lailatul qodar saja. Dan hal
ini sesuai dengan qonun ta’biriy di dalam Al Quran, yang menyatakan
memotong atau membuang salah satu huruf pada fiil jika ahdast (kejadiannya)
lebih sedikit atau lebih pendek dan jika ahdastnya (kejadiaannya) lebih banyak
atau lebih panjang maka fiil tadi ditulis secara sempurna tanpa ada yang
dibuang. Kurang lebih demikianlah perbedaan yang diketahui oleh penulis. والله أعلم بالصواب
Oleh karenanya
marilah kita berlomba-lomba meraih malam lailatul qodar ini yang malaikat hanya
turun sekali di malam itu saja. Semoga kita semua bisa mendapatkan malam yang
lebih baik dari seribu bulan itu, aamiinn.
refrensi:
Muhammad Ali Shobuni, Showah al Tafasir
Muhammad Arrozi, Mafatih Al Ghoib
Muhyiddin Ad Darwish, I'rob Al Quran Al Karim Wa Bayanuhu
www.al-sharq.com
www.ammonnews.net
trimakasih atas jawabannya.....
ReplyDelete