Pada kesempatan
kali ini, penulis akan mencoba sedikit membahas mengenai kalimat Rajab (رجب). Apakah kalimat tersebut termasuk isim Ghoiru
Munshorif[1]
atau Munshorif[2]? Untuk
membuktikannya, kita bisa liat salah satunya dari sebuah doa yang sudah tidak
asing lagi di telinga kita, doa yang sering dilantunkan ketika memasuki awal
bulan Rajab;
اللهم بارك لنا في رجب وشعبان وبلغنا رمضان
Kebanyakan dari kita atau pada umumnya
membaca doa tersebut dengan bunyi: “allahumma baarik lanaa fii rojaba wa
sya’baana wa ballighnaa romadhoona”. Yaitu membaca kalimat رجب dengan bunyi rojaba, yang artinya
kalimat rojab di sini dihukumi sebagai isim ghoiru munshorif yang tanda
jar-nya menggunakan fatkhah sama seperti Romadhon dan Sya’ban.
Nhah
kebetulan, baru-baru ini penulis mendapat sebuah foto spanduk yang bertuliskan
doa seperti di atas, namun di sini agak sedikit berbeda dari biasanya. Perbedaan
dari doa yang termaktub di spanduk tersebut adalah kalimat رجب yang dibaca rojabin, yaitu menggunakan tanwin kasroh,
yang artinya kalimat رجب di sini dihukumi
sebagai isim munshorif. Terus jika ada dua versi bacaan رجب yaitu
dibaca rojaba atau rojabin, yang benar yang mana?
Jawabannya keduanya sama-sama benar.
Jadi menurut Dr. Abdus Sami Al-Anis di dalam artikelnya, dia menyebutkan bahwa
kalimat رجب ini mempunyai dua wajah; yang pertama
dihukumi munshorif, kemudian yang kedua dihukumi sebagai ghoiru
munshorif.
Untuk yang pertama, yaitu dihukumi
munshorif karena merujuk pada kitab Almisbah yang mana di sana
disebutkan bahwa kalimat Rojab itu adalah isim munshorif, baik yang dimaksud muayyan
(makrifat) ataupun tidak (nakiroh).
أن رجب الشهر
مصروف وإن أريد به معين أم لا
Selain itu
mereka juga berpendapat bahwa kata رجب
ini adalah alamun haqiqiyun yang sudah memiliki makna khusus dari
sananya, yaitu sebuah nama bulan dari nama-nama bulan di Arab. Oleh karenanya
sudah tidak membutukan ta’yin (al makrifat) lagi.
Kemudian yang kedua, dihukumi ghoiru
munshorif jika dimaksudkan adalah
makrifat, yaitu bulan Rajabnya itu sendiri. Mereka berpendapat kata رجب ini dihukumi ghoiru munshorif karena
memiliki dua illat, yaitu illat ‘alamiyah[3]
dan illat ta’nist ma’nawi[4]
Jadi
sederhananya jika yang meganggap رجب adalah isim
munshorif, mereka berpendapat bahwasanya kata رجب
ini sudah makrifat dari sananya, karena menurut mereka penggunaan kata رجب ini bisa nakiroh sekaligus bisa menjadi
makrifat juga. Adapun mereka yang menganggap رجب
sebagai isim ghoiru munshorif, karena menurut mereka kata رجب di sini menjadi makrifat atau tertentu karena dia berbentuk ‘alamiyah
hukmiyah yang mana hal ini menjadi salah satu illatnya isim ghoiru
munshorif.
Sedikit menukil dari perkataan Imam
Ali Alqori dalam kitabnya, Al-Adab Fi Rojab. Beliau menyatakan;
واعلم أنَّ
رجبًا مُنصرِفٌ عند الأكثر، وهو الأظهر
Ketahuilah,
bahwa kata رجب itu munshorif menurut
mayoritas, dan ini adalah qoul yang adzhar.
Dr. Abdus
Sami Al-Anis sendiri pun lebih memilih qoul yang menyatakan bahwa رجب ini adalah menshorif. Karena menurutnya رجب adalah alamun haqiqiyun yang mana
mayoritas ulama bahasa menghukuminya sebagai munshorif, selain itu juga selaras
dengan kitab hadis yaitu musnad Imam Ahmad yang mana kata رجب di sana berbentuk munshorif.
Jadi, kesimpulan penulis sendiri,
bahwa apa yang masyhur di lingkungan kita (membaca rojaba) itu justru
sebenarnya syadz atau jarang dilingkungan Arab. Dan sebaliknya, bahwa apa yang
masyhur di Arab (membaca rojabin) itu justru syadz atau jarang di lingkungan
kita. Tapi overall, keduanya sama-sama bener sih sebenarnya.
Luar biasa, terima kasih ilmunya ust uqi dalimunthe
ReplyDeleteTerima kasih ustadz uqy al-ka'ali, al-bukefi
ReplyDelete