Di saat menyebarnya wabah COVID-19 seperti
sekarang ini, tidak sedikit kalangan santri termasuk saya pribadi yang mengamalkan
sholawat, hizb, atau doa yang diijazakan oleh para masyayikh kita untuk
menangkal dan mencegah virus ini. Diantaranya beberapa ijazah tersebut seperti
sholawat Thibbil Qulub, doa Bismillahilladzi la yadhurru, dan kasidah li
khomsatun.
Pada kesempatan kali ini saya ingin
sedikit membahas mengenai kasidah li khomsatun, yang mana kasidah ini
adalah ijazah langsung dari Hadrotussyeikh K.H. Hasyim Asy’ari kepada K.H.
Romli Rejoso, K.H. Bisri Denanyar, dan K.H . Abdul Wahab Hasbullah. Adapun teksnya
adalah sebagai berikut;
لي خمسة أطفي بها # حر الوباء الحاطمة
المصطفى والمرتضى وابناهما والفاطمة
Aku mempunyai lima, yang mana dengan lima
ini aku padamkan atau hilangkan wabah yang jahat
Kelimanya yaitu Almusthofa (Nabi Muhammad),
Almurtadlo (Sahabat Ali), dan kedua anaknya (Hasan dan Husein), serta Fathimah
Azzahra
Namun di sini, saya temukan beberapa teks yang berbeda
di sosial media. Ada yang menuliskan والفاطمة
(dengan alif lam), ada juga yang menuliskan وفاطمة
(tanpa alif lam). Perbedaan inilah yang akan saya bahas pada tulisan ini.
Sekilas
sebenarnya kalimat Fathimah ini jika dilihat dari bentuknya adalah isim alam,
yang mana sudah makrifat dan tidak membutuhkan lagi tambahan alif lam. Karena yang
bisa menerima alif dan lam adalah isim nakiroh, dan isim nakiroh ketika
ditambahi alif lam maka dia akan menjadi isim makrifat, sebagaimana penjelasan
dalam bait alfiyah;
نكرة قابل ال مأثر # أوواقع موقع ما قد ذكرا
Isim nakiroh adalah isim yang menerima al,
yang mana dengan al tersebut isim nakiroh akan menjadi isim makrifat
Pada intinya faedah alif lam ini adalah untuk
menjadikan isim nakiroh menjadi makrifat, dan apabila isim tersebut sudah
makrifat, seperti isim alam, maka tidak perlu lagi adanya alif lam.
Namun
setelah saya kroscek dengan beberapa teman saya yang kebetulan nyantri dan
menjadi pengurus di pesantren Tebuireng mengenai teks asli dari kasidah li
khomsatun ini, apakah kalimat fathimah di sana dengan alif alam tidak. Jawabannya
adalah teks aslinya atau yang diijazahkan langsung oleh Hadrotusyeikh, kalimat
Fathimah itu dengan alif lam. Tapi bukan berarti yang membaca tanpa alif lam
itu tidak benar, karena semua ijazah doa atau amalan itu kembali lagi intinya
dengan niat dan kepercayaan kita. Dan memang jika dilihat dari struktur
gramatikal pun yang membaca tanpa alif lam itu tidak salah.
Lalu bagaimana
penjelasan mengenai kalimat Fathimah yang bertambahan alif lam sesuai dengan ijazahan
dari hadrotusyeikh ini? Saya akan mencoba untuk menjelaskannya berdasarkan
sependek pengetahuan saya, dan hasil diskusi saya dengan teman-teman saya yang
hebat-hebat. Setidaknya ada beberapa penjelasan mengenai kalimat Fathimah yang
bertambahan alif lam.
Yang
pertama, alif lam dalam kalimat Fathimah karena darurat syiir, supaya selaras
atau seimbang dengan tafilah dan qofiyah bait atasnya yaitu الحاطمة, oleh karenanya kalimat Fathimah di sini akhirnya ditambahi
dengan alif lam dan menjadi الفاطمة.
Hal ini sebagaimana penjelasan dalam alfiyah;
ولاضطرار كبنات الأوبر # كذا وطبت النفس يا
قيس السري
Dan terkadang alif lam ditambahkan karena
darurat syiir seperti lafadz بنات الأوبر
(asalnya بنات أوبر) dan طبت النفس (asalnya طبت نفسا)
Jadi pada intinya penambahan alif lam pada kalimat
Fathimah menjadi الفاطمة ini bisa jadi karena
darurat syiir untuk menyesuaikan dan melaraskan tafilah serta qofiyah dengan
bait atasnya.
Yang kedua,
alif lam dalam kalimat Fathimah ini adalah alif lam lilamhi (melirik), yaitu
alif lam tambahan yang biasanya masuk pada isim-isim yang manqul (dinukil) dari
isim sifat seperti kalimat حارث yang berasal dari
isim failnya حرث makan boleh saja
ditambahi alif lam menjadi الحارث, atau yang manqul
dari selain isim sifat seperti kalimat نعمان
yang mempunyai arti asal darah maka boleh ditambahi alif lam menjadi النعمان. Hal ini sebagaimana penjelasan dalam alfiyah;
وبعض الأعلام عليه دخلا # للمح قد كان عنه
نقلا
كالفضل والحارث والنعمان # فذكر ذا وحذفه
سيان
Sebagaimana beberapa isim alam yang
dimasuki alif lam untuk melirik pada makna asalnya yang mana isim tersebut
dinukil (dari isim sifat atau selainnya isim sifat)
Seperti alfadhlu (manqul dari isim masdar)
dan alharist (manqul dari isim fail) dan annu’man (manqul dari kalimat asal
yang bermakna darah), maka penyebutan alif lam dan tidaknya itu sama saja
Dan di sini kalau kita lihat, kalimat فاطمة itu manqul dari isim failnya فطم, makanya penyebutan alif lam dan tidaknya
pada kalimat Fathimah itu sama saja, tidak mempengaruhi kemakrifatannya sebagai
isim alam.
Dan biasanya,
penambahan alif lam lilamhi pada isim sifat ini berfaedah untuk tafaulan,
seperti contohnya apabila حارث itu orangnya suka
menanam kebaikan atau menebar kebaikan maka dipanggillah dia dengan tambahan
alif lam menjadi الحارث. Adapun pada kalimat فاطمة itu karena tafaulan bahwa semua orang yang
mencintainya akan Allah potong atau hindarkan dari api neraka, sebagaimana
riwayat nabi;
وقد سمع المسلمون رسول الله صلى الله عليه
وسلم يقول أنما سميت فاطمةُ فاطمةَ لأن الله عز وجل فطم من أحبها من النار
Orang-orang islam telah mendengar nabi bersabda bahwa
Fatimah diberi nama Fatimah karena Allah akan memotong atau menghindarkan orang
yang mencintainya dari api neraka
Oleh karenanya dalam kasidah ini kalimat Fatimah
ditambahi alif lam menjadi الفاطمة
boleh jadi wujud tafaulan sekaligus doa hadrotussyeikh agar kita semua yang
membaca kasidah ini dan mencintai sayyidah Fahimah bisa terhindar dari api
neraka, aamiin. Tapi selebihnya dari itu semua, penulis yakin bahwa penambahan
alif lam di sini tentunya ada alasan tersendiri dari hadrotussyeikh yang tida
kita ketahui karena keterbatasan ilmu yang kita miliki. Wallahu a’lam.