Belajar Bersodaqoh dari Amil
Maknawi Ibtida
Kita semua telah mengetahui
bahwa sodaqoh jariyah adalah salah satu investasi kita kelak di akhirat. Sebagaimana
sabda Rasul,
إذا مات ابن آدم انقطع عمله إلا من ثلاث،
صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له
Artinya: ketika manusia
mati maka terputuslah semua amalnya kecuali tiga, yaitu sodaqoh jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakannya.
Ilmu yang bermanfaat bisa
menjadi investasi di akhirat karena sudah jelas, apabila seseorang mendapat
ilmu dan tahu sesuatu hal karena kita yang telah mengajarinya, otomatis kita
akan mendapatkan pahala dari ilmu yang kita ajarkan tadi, dan seterusnya sampai
ilmu itu diajarkan ke generasi-generasi selanjutnya. Kemudian anak sholeh yang
mendoakan orang tuanya, jika pada zaman sekarang ini kalian masih mendangar
perkataan seseorang “emangnya tahlil dan doamu itu pahalanya sampe ke alam
kubur?”, abaikan saja karena mungkin orang itu belum tahu dan belum belajar
hadist ini. Dalam hadist ini sudah jelas Rasul menyatakan bahwa doa anak sholeh
itu salah satu investasi di akhirat. Kemudian shodaqoh jariyah, contoh kita
menyumbang pembangunan masjid, kemudian masjid itu telah jadi dan orang-orang
sholat berjmaah disitu, otomatis kita mendapatkan pahala dari setiap orang yang
beribadah di masjid itu. Subhanallah bukan, coba bayangkan kalau sehari saja sholat
jamaah lima waktu, belum jumlah jamaahnya yang lebih dari puluhan orang, belum
lagi yang sholat sunah disitu. Investasi yang paling menguntungkan itu yy
investasi akhirat ini.
Sekarang kita kembali ke
topik. Kenapa belajar bersodaqoh dari amil maknawi ibtida? Sebelumnya kita
bahas sedikit apa itu amil maknawi ibtida.
Dalam nadhom alfiyah
berbunyi
ورفعوا مبتداء بالابتداء # كذاك رفع خبر
بالمبتداء
Rofakanlah mubtada dengan
amil maknawi ibtida, sebagaimana khobar yang dirofakan oleh mubtada. jadi maksud
dalam pembahasan nadhom ini terdapat semacam efek domino. Amil maknawi ibtida
merofakan mubtada, dan mubtada merofakan khobar. Kita lihat contoh زيدٌ قائمٌ . زيدٌ berupa mubtada irobnya rofa, dan قائمٌ sebagai khobar irobnya rofa. Tadi sudah
dibahas yang merofakan mubtada adalah amil maknawi ibtida dan yang merofakan
khobar adalah mubtada. Dari sini pasti kalian bertanya, terus dimana amil
maknawi ibtidanya? Disinilah yang saya maksud belajar bersodaqoh dari amil
maknawi ibtida.
Amil maknawi ibtida itu
tidak terlihat dan tidak berbentuk jadi bisa tafsirkan tidak ada yang
mengetahui. Begitu juga ketika kita bersodaqoh, alangkah mulianya ketika kita
bersodaqoh tanpa ada yang mengetahui. Tidak usah minta di umumkan kalau saya
menyumbang masjid sebesar sekian, karena hal itu tidak ada untungnya dan hanya
akan menimbulkan riya’. Cukup yang tahu hanya Allah atau bisa mengganti atas
nama menjadi hamba Allah, karena bagaimanapun segala bentuk amlan dan perbuatan
itu jika iklas karena Allah in sya Allah barokah. Amiinn,,,,
Jadi,,, bersodaqohlah
secara sembunyi-sembunyi (tidak ada yang mengetahui) atau mengganti atas
namanya menjadi hamba Allah :D hehee