BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
Belajar Bahasa
Arab tidak cukup hanya menguasai nahwu dan shorof saja. Akan tetapi juga harus
menguasai ilmu balaghoh, yang di dalamnya membahas tentang ma’ani, bayan, dan
badi.
Balaghoh secara bahasa bermakna mencapai dan sampai. بلغ فلان مراده artinya seseorang telah mencapai
keinginannya. بلغ الركب المدينة artinya rombongan
telah sampai di kota.[1]
تأدية المعني الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة: لها في النفس أثر
حلاب، مع ملاءمة كل كلام للموطن الذي يقال فيه
secara istilah adalah menyampaikan makna luhur yang jelas dengan
ungkapan yang benar dan fasih, yang memberikan pengaruh menarik dalam jiwa,
disertai dengan sesuainya situasi dan kondisi yang ada.[2]
Dalam pembahasan
balaghoh ini, tepatnya dalam ilmu ma'ani. Kalam akan terbagi menjadi dua, yaitu khobar
dan insya. Hal ini adalah sangat mendasar, oleh karenanya hendaknya bagi
para pelajar yang sedang mempelajari ilmu balaghoh, harus menguasai betul dan memahami
apa itu khobar terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan khobar?
2. Bagaimana balaghoh khobar dalam Surat Al-Ashr
C. Penyelesaian Masalah
1. Menjelaskan pengertian khobar secara terperinci dengan singkat
dan jelas
2. Menjelaskan balaghoh khobar dalam Surat Al-Ashr
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khobar
Khobar adalah
kalam yang pembicaranya dapat dituduh benar atau bohong. Apabila kalamnya
sesuai dengan kenyataan maka dia itu benar. Dan apabila tidak sesuai dengan
kenyataan maka dia itu bohong
Masih berkaitan
dengan benar atau bohongnya suatu kalam tergantung pada nisbah kalamiyah
dan nisbah khorijiah. Nisbah kalamiyah adalah adalah sesuatu yang
dinisbahkan pada kalam atau perkataan mutakalim. Sedangkan nisbah khorijiyah
adalah sesuatu yang dinisbahkan pada khorij atau kenyataan yang terjadi. Jadi
suatu khobar bisa dikatakan benar apabila adanya kesesuaian antara nisbah
kalamiyah dan nisbah khorijiah. Apa bila tidak, maka khobar tersebut
adalah bohong atau tidak benar.
B. Susunan Khobar
Susunan di dalam
khobar ada dua macam, yaitu asasi dan ghoiru asasi. Asasi
terdiri dari musnad ilaih atau juga bisa disebut dengan mahkum alaih
dan musnad atau juga bisa disebut dengan mahkum bih.
Musnad ilaih ini bisa
dikatakan sebagai inti dari pembicaraan, contoh dalamقام
زيد dan زيد قائم. Musnad ilaih pada contoh pertama yang berupa jumlah ismiyah
(terdiri dari mubtada dan khobar) adalah Zaidun, begitu pula dalam contoh kedua
yang berupa jumlah filiyah (terdiri dari fiil fan fail) adalah Zaidun.
Sedangkan qoma dan qoimun, keduanya adalah musnad. Karena memang
dalam kedua contoh tersebut sama-sama membicarakan zaid yang berdiri. Musnad
ilaih bisa berupa mubtada, fail, naibuk fail, isim inna, dan isim kana. Dan
musnad bisa berupa fiil, mubtada yang tidak mempunyai khobar, khobar, khobar
kana, dan khobar inna, isim fiil, dan masdar yang menggantikan fiil amrnya.
Ghoiru asasi terdiri dari satu, yaitu qoyid. Qoyid bisa dikatakan
sebagai keterangan tambahan atau pelengkap. Kalau dalam ilmu nahwu ada istilah fudhlah,
yaitu amil yang bisa dibuang. Sama dengan halnya fudhlah, qoyid pun bisa
dibuang karena memang dia hanya
tambahan saja. Macam-macam qoyid antara lain adat syarat, nafi,
maful, hal, tamyiz, tabi, dan amil nawasikh. إن زيدا
قائم dalam kalimat ini, qoyid berupa amil nawasikh, yaitu inna.
Dan inna ini bisa dibuang, karena walaupun tidak ada inna kalam tadi tetap bisa
berfaedah karena memiliki struktur yang lengkap. Jika inna dibuang menjadi زيد قائم.
C. Tujuan Penyampaian Khobar
Adapun tujuan dari penyampaian khobar ini diklasifikasikan menjadi
dua, yaitu tujuan asli dan tujuan balaghi.
Tujuan asli dari penyampaian
khobar ada dua macam, yaitu faidatul khobar dan lazimul faidah. Faidatul khobar
adalah berita yang bersifat informatif, yaitu memberikan suatu berita atau info
kepada mukhotob yang awalnya mukhotob tidak tahu sama sekali tentang berita
atau info tadi. Contohnya; “dosen telah datang”. Khobar ini berfaidah faidatul
khobar karena seseorang mahasiswa memberitahu kepada temannya yang sedang
bermain handphone di dalam kelas bahwa dosen telah datang, kemudian agar dia
berhenti bermain handphone, sedangkan mahasiswa yang bermain handphone tadi
awalnya memang tidak mengetahui bahwa dosen telah datang.
Sedangkan lazimul faidah adalah berita yang bersifat klarifikatif,
yaitu memberikan pemahaman kepada mukhotob bahwa mutakalim mengetahui suatu hal
yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh mukhotob. Contohnya; “hari ini kamu
bangun pagi sekali”. Khobar ini berfaidah lazimul faidah karena mutakalim
memberikan pemahaman kepada mukhotob bahwa dirinya mengetahui jika mukhotob
telah bangun pagi hari ini. Dan hal ini secara otomatis telah diketahui
sebelumnya oleh mukhotob.
Selain dari tujuan asli tadi, penyampaian khobar ini juga mempunyai
tujuan balaghi, diantaranya istirham (meminta belas kasihan), idhar dho’fi
(menampakan kelemahan), al-khast ala sa’yi waljiddi (himbauan agar berusaha dan
bersungguh-sungguh), idhar tahassur (menampakan penyesalan), al fakhr
(kebanggaan).
D. Macam-macam Khobar
Dilihat dari
keadaan mukhotob, khobar terbagi menjadi tiga, yaitu ibtidai, tholabi dan
inkari. Khobar ibtidai yaitu ketika mukhotobnya dalam keadaan kholi dzihni,
yaitu tidak memikirkan apapun dan bisa secara begitu saja menerima khobar, dan
dalam keadaan seperti ini penyampaian khobar tidak membutuhkan taukid. Contoh; الأستاذ جاء
Tholabi yaitu
ketika mukhotobnya ragu-ragu dengar khobar yang dia terima, dan dalam keadaan
seperti ini biasanya terdapat satu taukid dalam khobar. Contoh: الأستاذ قد جاء
Inkari yaitu
ketika mukhotobnya mengingkari dan tidak percaya terhadap khobar yang dia
terima. Dalam keadaan seperti ini, diperlukan taukid lebih dari satu dalam
khobar. Contoh; واللهِ الأستاذ لقد جاء
Akan tetapi
terkadang terjadi penyelewengan penyampaian khobar dari keadaannya yang jelas,
seperti contoh menempatkan kholi dzihni (kosong pikirannya) pada tempatnya
mutarodid (ragu-ragu) sehingga ditemukan satu taukid dalam khobarnya,
menempatkan orang yang tidak mengingkari pada tempatnya orang yang munkir
(ingkar dan tidak percaya) sehingga ditemukan beberapa taukid dalam khobar, dan
menempatkan orang yang munkir pada tempatnya orang yang yang tidak munkir
(ingkar dan tidak percaya) sehingga tidak ditemukan taukid dalam khobarnya.
E. Balaghoh Khobar dalam Surat al-Ashr
Ayat pertama
berupa qosam, yang bermakna “demi masa”. Dan di sini tidak akan dibahas
tentang balaghoh qosam. Karena qosam bukan merupakan bagian dari khobar,
melainkan bagian dan insya, yakni insya’ qhoiru tolabi.
Ayat kedua berupa khobar
inkari, karena di dalamnya terdapat beberapa taukid. Yang pertama taukid
qosam yang terdapat pada ayat pertama, kedua taukid berupa inna, ketiga
taukid berupa lam taukid.[3] Khobar
di sini berupa inkari tetapi bukan ditujukan kepada orang yang munkir, oleh
karena khobar ini termasuk dari tanzil ghoiru munkir manzilatassailah munkir
(menempatkan orang yang tidak inkar pada posisi orang yang inkar). Karena
mukhotob, yakni Nabi Muhammad dan seluruh umat manusia dalam keadaan kholi
dzihni, bukan munkir. Kholi dzihni
dengan berarti mempercayai dan dapat menerima sesuatu yang difirmankan dalam
Alquran, karena tidak mungkin seorang Nabi Muhammad itu munkir terhadap
Alquran. Dan tujuan dari taukid-taukid tadi bukan untuk menyakinkan bagi orang
yang munkir, tetapi untuk mengingatkan kepada seluruh manusia karena manusia
itu sungguh benar-benar dalam kerugian agar kemudian sadar dan kembali ke jalan
yang benar. Dan khobar di sini memiliki faidah faidatul khobar, karena
sebelumnya mukhotob belum mengetahui hal ini.
Dilihat dari segi susunannya, musnad ilaih dalam ayat kedua adalah al
insan, karena dia berkedudukan sebagai isimnya inna. Sedangkan
musnadnya yaitu syibhu jumlah yang berupa jar majrur. Qoyidnya adalah amil
nawasikh berupa inna dan lam taukid. Kalimat al insan ini menunjukan makna seluruh
manusia tanpa terkecuali, إطلاق البعض وإرادة الكل
(mengucapkan tertentu atau sebagian dengan dibatasi dengan al akan
tetapi yang dimaksud adalah keseluruhannya).[4] Akan
tetapi ada lanjutannya pada selanjutnya, yaitu istisna yang akan memberikan
qoidah qosr.
Ayat ketiga berupa khobar ibtidai, karena tidak ada taukid di
dalamnya. Ayat ketiga ini masih berhubungan dengan ayat yang kedua, karena
mustasna minhunya istisna dalam ayat ketiga terdapat dalam ayat yang kedua, yaitu
al insan (seluruh manusia).[5]
Dilihat dari
susunannya, musnad ilaih dalam ayat ketiga ini adalah dhomir hum (mereka)
yang tersimpan dalam fiil أمنوا ، عملوا ، تواصوا . sedangkan musnadnya
berbentuk istisna berupa إلا الذين
, maful berupa الصلحات , dan jar majrur
berupa بالحق ، بالصبر . Sedangkan qoyidnya
berupa adat istisna dan wawu athof.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalam di dalam
Surat al-Ashr ini termasuk khobar inkari karena terdapat beberapa taukid di
dalamnya. Akan tetapi khobar inkari ini bukan bermaksud ditujukan kepada orang
yang munkir. Karena wahyu Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak
mungkin seorang Nabi itu munkir. Adapun beberapa taukid yang terdapat pada
surat ini bertujuan untuk menarik perhatian serta mengingatkan kepada semua
manusia. Agar mereka sadar bahwa mereka berada di dalam kerugian yang sangat
besar.
Daftar Pustaka
Al-Andalusi, Abu
Hayan. 1993. Bahrul muhith. Beirut: Darul Kutub
Ash-Shobuni,
Muhammad Ali. 1981. Shofwah at-Tafasir. Beirut: Darul Quran
al-Karim
Asy-Syaikholi,
Abdul Wahid. 2001. Balaghoh al-Quran al-Karim fi al-I’jaz. Oman:
Maktabah Dandis
Al-Hasyimi,
Ahmad. 1960. Jawahir al-Balaghoh. Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub
al-Arobiyah
Jarim, Ali.
Musthofa Amin. 2007. al-Balaghoh al-Wadhihah. Jakarta: Roudhoh Press
[1] Ahmad
al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghoh, (Indonesia:Dar al-Ihya al-Kutub
al-Arobiyah:1960) h.31
[2] Ali
Jarim, Musthofa Amin, al-Balaghoh al-Wadhihah, (Jakarta:Roudhoh Press:2007)
h.10
[3] Abdul
Wahid Asy-Syaikholi, Balaghoh al-Quran al-Karim fi al-I’jaz, (Oman:
Maktabah Dandis: 2001) Jilid. 10 h. 700
[4] Muhammad
Ali Ash-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, (Beirut: Darul Quran
al-Karim: 1981) jilid. 3 h. 601
[5] Abu
Hayan Al-Andalusi, Bahrul muhith, (Beirut: Darul Kutub: 1993) jilid. 8 h.
507
0 comments:
Post a Comment