Monday, July 3, 2017



BAB I
PEMBUKAAN
A. Latar Belakang
            Belajar Bahasa Arab tidak cukup hanya menguasai nahwu dan shorof saja. Akan tetapi juga harus menguasai ilmu balaghoh, yang di dalamnya membahas tentang ma’ani, bayan, dan badi.
Balaghoh secara bahasa bermakna mencapai dan sampai. بلغ فلان مراده artinya seseorang telah mencapai keinginannya. بلغ الركب المدينة artinya rombongan telah sampai di kota.[1]
تأدية المعني الجليل واضحا بعبارة صحيحة فصيحة: لها في النفس أثر حلاب، مع ملاءمة كل كلام للموطن الذي يقال فيه secara istilah adalah menyampaikan makna luhur yang jelas dengan ungkapan yang benar dan fasih, yang memberikan pengaruh menarik dalam jiwa, disertai dengan sesuainya situasi dan kondisi yang ada.[2]
            Dalam pembahasan balaghoh ini, tepatnya dalam ilmu ma'ani. Kalam akan terbagi menjadi dua, yaitu khobar dan insya. Hal ini adalah sangat mendasar, oleh karenanya hendaknya bagi para pelajar yang sedang mempelajari ilmu balaghoh, harus menguasai betul dan memahami apa itu khobar terlebih dahulu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan khobar?
2. Bagaimana balaghoh khobar dalam Surat Al-Ashr

C. Penyelesaian Masalah
1. Menjelaskan pengertian khobar secara terperinci dengan singkat dan jelas
2. Menjelaskan balaghoh khobar dalam Surat Al-Ashr


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Khobar
            Khobar adalah kalam yang pembicaranya dapat dituduh benar atau bohong. Apabila kalamnya sesuai dengan kenyataan maka dia itu benar. Dan apabila tidak sesuai dengan kenyataan maka dia itu bohong
            Masih berkaitan dengan benar atau bohongnya suatu kalam tergantung pada nisbah kalamiyah dan nisbah khorijiah. Nisbah kalamiyah adalah adalah sesuatu yang dinisbahkan pada kalam atau perkataan mutakalim. Sedangkan nisbah khorijiyah adalah sesuatu yang dinisbahkan pada khorij atau kenyataan yang terjadi. Jadi suatu khobar bisa dikatakan benar apabila adanya kesesuaian antara nisbah kalamiyah dan nisbah khorijiah. Apa bila tidak, maka khobar tersebut adalah bohong atau tidak benar.
B. Susunan Khobar
            Susunan di dalam khobar ada dua macam, yaitu asasi dan ghoiru asasi. Asasi terdiri dari musnad ilaih atau juga bisa disebut dengan mahkum alaih dan musnad atau juga bisa disebut dengan mahkum bih.
 Musnad ilaih ini bisa dikatakan sebagai inti dari pembicaraan, contoh dalamقام زيد  dan زيد قائم. Musnad ilaih pada contoh pertama yang berupa jumlah ismiyah (terdiri dari mubtada dan khobar) adalah Zaidun, begitu pula dalam contoh kedua yang berupa jumlah filiyah (terdiri dari fiil fan fail) adalah Zaidun. Sedangkan qoma dan qoimun, keduanya adalah musnad. Karena memang dalam kedua contoh tersebut sama-sama membicarakan zaid yang berdiri. Musnad ilaih bisa berupa mubtada, fail, naibuk fail, isim inna, dan isim kana. Dan musnad bisa berupa fiil, mubtada yang tidak mempunyai khobar, khobar, khobar kana, dan khobar inna, isim fiil, dan masdar yang menggantikan fiil amrnya.
Ghoiru asasi terdiri dari satu, yaitu qoyid. Qoyid bisa dikatakan sebagai keterangan tambahan atau pelengkap. Kalau dalam ilmu nahwu ada istilah fudhlah, yaitu amil yang bisa dibuang. Sama dengan halnya fudhlah, qoyid pun bisa dibuang karena memang dia hanya
tambahan saja. Macam-macam qoyid antara lain adat syarat, nafi, maful, hal, tamyiz, tabi, dan amil nawasikh. إن زيدا قائم dalam kalimat ini, qoyid berupa amil nawasikh, yaitu inna. Dan inna ini bisa dibuang, karena walaupun tidak ada inna kalam tadi tetap bisa berfaedah karena memiliki struktur yang lengkap. Jika inna dibuang menjadi زيد قائم.
C. Tujuan Penyampaian Khobar
Adapun tujuan dari penyampaian khobar ini diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tujuan asli dan tujuan balaghi.
 Tujuan asli dari penyampaian khobar ada dua macam, yaitu faidatul khobar dan lazimul faidah. Faidatul khobar adalah berita yang bersifat informatif, yaitu memberikan suatu berita atau info kepada mukhotob yang awalnya mukhotob tidak tahu sama sekali tentang berita atau info tadi. Contohnya; “dosen telah datang”. Khobar ini berfaidah faidatul khobar karena seseorang mahasiswa memberitahu kepada temannya yang sedang bermain handphone di dalam kelas bahwa dosen telah datang, kemudian agar dia berhenti bermain handphone, sedangkan mahasiswa yang bermain handphone tadi awalnya memang tidak mengetahui bahwa dosen telah datang.
Sedangkan lazimul faidah adalah berita yang bersifat klarifikatif, yaitu memberikan pemahaman kepada mukhotob bahwa mutakalim mengetahui suatu hal yang sudah diketahui terlebih dahulu oleh mukhotob. Contohnya; “hari ini kamu bangun pagi sekali”. Khobar ini berfaidah lazimul faidah karena mutakalim memberikan pemahaman kepada mukhotob bahwa dirinya mengetahui jika mukhotob telah bangun pagi hari ini. Dan hal ini secara otomatis telah diketahui sebelumnya oleh mukhotob.
Selain dari tujuan asli tadi, penyampaian khobar ini juga mempunyai tujuan balaghi, diantaranya istirham (meminta belas kasihan), idhar dho’fi (menampakan kelemahan), al-khast ala sa’yi waljiddi (himbauan agar berusaha dan bersungguh-sungguh), idhar tahassur (menampakan penyesalan), al fakhr (kebanggaan).
D. Macam-macam Khobar
            Dilihat dari keadaan mukhotob, khobar terbagi menjadi tiga, yaitu ibtidai, tholabi dan inkari. Khobar ibtidai yaitu ketika mukhotobnya dalam keadaan kholi dzihni, yaitu tidak memikirkan apapun dan bisa secara begitu saja menerima khobar, dan dalam keadaan seperti ini penyampaian khobar tidak membutuhkan taukid. Contoh; الأستاذ جاء
            Tholabi yaitu ketika mukhotobnya ragu-ragu dengar khobar yang dia terima, dan dalam keadaan seperti ini biasanya terdapat satu taukid dalam khobar. Contoh: الأستاذ قد جاء
            Inkari yaitu ketika mukhotobnya mengingkari dan tidak percaya terhadap khobar yang dia terima. Dalam keadaan seperti ini, diperlukan taukid lebih dari satu dalam khobar. Contoh;  واللهِ الأستاذ لقد جاء
            Akan tetapi terkadang terjadi penyelewengan penyampaian khobar dari keadaannya yang jelas, seperti contoh menempatkan kholi dzihni (kosong pikirannya) pada tempatnya mutarodid (ragu-ragu) sehingga ditemukan satu taukid dalam khobarnya, menempatkan orang yang tidak mengingkari pada tempatnya orang yang munkir (ingkar dan tidak percaya) sehingga ditemukan beberapa taukid dalam khobar, dan menempatkan orang yang munkir pada tempatnya orang yang yang tidak munkir (ingkar dan tidak percaya) sehingga tidak ditemukan taukid dalam khobarnya.
E. Balaghoh Khobar dalam Surat al-Ashr
            Ayat pertama berupa qosam, yang bermakna “demi masa”. Dan di sini tidak akan dibahas tentang balaghoh qosam. Karena qosam bukan merupakan bagian dari khobar, melainkan bagian dan insya, yakni insya’ qhoiru tolabi.
            Ayat kedua berupa khobar inkari, karena di dalamnya terdapat beberapa taukid. Yang pertama taukid qosam yang terdapat pada ayat pertama, kedua taukid berupa inna, ketiga taukid berupa lam taukid.[3] Khobar di sini berupa inkari tetapi bukan ditujukan kepada orang yang munkir, oleh karena khobar ini termasuk dari tanzil ghoiru munkir manzilatassailah munkir (menempatkan orang yang tidak inkar pada posisi orang yang inkar). Karena mukhotob, yakni Nabi Muhammad dan seluruh umat manusia dalam keadaan kholi dzihni,  bukan munkir. Kholi dzihni dengan berarti mempercayai dan dapat menerima sesuatu yang difirmankan dalam Alquran, karena tidak mungkin seorang Nabi Muhammad itu munkir terhadap Alquran. Dan tujuan dari taukid-taukid tadi bukan untuk menyakinkan bagi orang yang munkir, tetapi untuk mengingatkan kepada seluruh manusia karena manusia itu sungguh benar-benar dalam kerugian agar kemudian sadar dan kembali ke jalan yang benar. Dan khobar di sini memiliki faidah faidatul khobar, karena sebelumnya mukhotob belum mengetahui hal ini.
Dilihat dari segi susunannya, musnad ilaih dalam ayat kedua adalah al insan, karena dia berkedudukan sebagai isimnya inna. Sedangkan musnadnya yaitu syibhu jumlah yang berupa jar majrur. Qoyidnya adalah amil nawasikh berupa inna dan lam taukid. Kalimat al insan ini menunjukan makna seluruh manusia tanpa terkecuali, إطلاق البعض وإرادة الكل (mengucapkan tertentu atau sebagian dengan dibatasi dengan al akan tetapi yang dimaksud adalah keseluruhannya).[4] Akan tetapi ada lanjutannya pada selanjutnya, yaitu istisna yang akan memberikan qoidah qosr.
Ayat ketiga berupa khobar ibtidai, karena tidak ada taukid di dalamnya. Ayat ketiga ini masih berhubungan dengan ayat yang kedua, karena mustasna minhunya istisna dalam ayat ketiga terdapat dalam ayat yang kedua, yaitu al insan (seluruh manusia).[5]
            Dilihat dari susunannya, musnad ilaih dalam ayat ketiga ini adalah dhomir hum (mereka) yang tersimpan dalam fiil أمنوا ، عملوا ، تواصوا  . sedangkan musnadnya berbentuk istisna berupa إلا الذين , maful berupa الصلحات , dan jar majrur berupa بالحق ، بالصبر . Sedangkan qoyidnya berupa adat istisna dan wawu athof.















BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan           
            Kalam di dalam Surat al-Ashr ini termasuk khobar inkari karena terdapat beberapa taukid di dalamnya. Akan tetapi khobar inkari ini bukan bermaksud ditujukan kepada orang yang munkir. Karena wahyu Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad, dan tidak mungkin seorang Nabi itu munkir. Adapun beberapa taukid yang terdapat pada surat ini bertujuan untuk menarik perhatian serta mengingatkan kepada semua manusia. Agar mereka sadar bahwa mereka berada di dalam kerugian yang sangat besar.

















Daftar Pustaka
Al-Andalusi, Abu Hayan. 1993. Bahrul muhith. Beirut: Darul Kutub
Ash-Shobuni, Muhammad Ali. 1981. Shofwah at-Tafasir. Beirut: Darul Quran al-Karim
Asy-Syaikholi, Abdul Wahid. 2001. Balaghoh al-Quran al-Karim fi al-I’jaz. Oman: Maktabah Dandis
Al-Hasyimi, Ahmad. 1960. Jawahir al-Balaghoh. Indonesia: Dar al-Ihya al-Kutub al-Arobiyah
Jarim, Ali. Musthofa Amin. 2007. al-Balaghoh al-Wadhihah. Jakarta: Roudhoh Press


[1] Ahmad al-Hasyimi, Jawahir al-Balaghoh, (Indonesia:Dar al-Ihya al-Kutub al-Arobiyah:1960) h.31
[2] Ali Jarim, Musthofa Amin, al-Balaghoh al-Wadhihah, (Jakarta:Roudhoh Press:2007) h.10
[3] Abdul Wahid Asy-Syaikholi, Balaghoh al-Quran al-Karim fi al-I’jaz, (Oman: Maktabah Dandis: 2001) Jilid. 10 h. 700
[4] Muhammad Ali Ash-Shobuni, Shofwah at-Tafasir, (Beirut: Darul Quran al-Karim: 1981) jilid. 3 h. 601
[5] Abu Hayan Al-Andalusi, Bahrul muhith, (Beirut: Darul Kutub: 1993) jilid. 8 h. 507

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts