Iltifat Dalam Al-Fatihah
Tak jarang ilmu balaghoh dan nahwu itu tidak
bersinergi. Terkadang dalam ilmu balaghoh terdapat kalam-kalam yang keluar dari
kaidah-kaidah atau aturan-aturan dalam nahwu, dan tidak sesuai dengan kaidah
atau aturan nahwu yang ada. Hal ini dikarenakan balaghoh lebih mementingkan
kesesuaian kalam terhadap konteks kondisi, bukan menyesuaikan dengan kaidah
atau aturan nahwu. Maka dari itu tidak usah kaget jika kalian menemukan hal
semacam ini.
Penyimpangan balaghoh dari nahwu ini biasa disebut
dengan al-‘udul. Salah satu dari al-udul adalah iltifat.
Iltifat adalah pengalihan pembicaraan dari satu bentuk ke bentuk yang
lainnya. Lebih simpelnya iltifat ini adalah berubahnya kata ganti dalam suatu
kalimat, contohnya yang awalnya menggunakan kata ganti satu kemudian menjadi
kata ganti dua.
Bentuk-bentuk iltifat ini ada 6:
1. dari kata ganti pertama (mutakalim)
menjadi kata ganti kedua (mukhotob)
2. dari kata ganti pertama (mutakalim)
menjadi kata ganti ketiga (ghoib)
3. dari kata ganti kedua (mukhotob)
menjadi kata ganti pertama (mutakalim)
4. dari kata ganti kedua (mukhotob)
menjadi kata ganti ketiga (ghoib)
5. dari kata ganti ketiga (ghoib)
menjadi kata ganti pertama (mutakalim)
6. dari kata ganti ketiga (ghoib)
menjadi kata ganti kedua (mukhotob)
Disini penulis akan mengupas sedikit tentang
iltifat yang ada dalam surat al-fatihah.
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيم
مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
Dalam
surat al-fatihah ini, yang terdiri dari 7 ayat. Terdapat jenis iltifat nomer 6,
yaitu dari dhomir ghoib menjadi dhomir mukhotob. Mari kita lihat pada ayat
pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Semua ayat tersebut menggunakan kalimat orang
ketiga (ghoib) dengan lafadz الله dan dhomir
هو
yang tersimpan dalam kalimat الرحمن الحيم dan مالك يوم الدين.
Akan tetapi mulai dari ayat kelima dan keenam,
menggunakan kalimat orang kedua (mukhotob). Lafadz الله yang tadinya
berkedudukan sebagai orang ketiga berubah menjadi orang kedua dengan
menggantinya dengan dhomir mukhotob إياك dan fiil amr اهد yang secara lazimnya menyimpan dhomir
mukhotob أنت
Kenapa yang tadinya ghoib berubah menjadi
mukhotob. Hal itu dakarenakan lafadz mukhotob tadi إياك itu يدل إلي صاحبه
, menunjukan
pada orang yang memilikinya (memiliki rahman, rahim, hamd, yaum ad-din)
yang tidak lain tidak bukan adalah Allah swt. Dan juga bertujuan untuk lebih memantapkan
dan lebih jelas tujuannya, disamping sudah di takhsis dengan mendahulukan
mafulnya. Karena yang namanya berbicara dengan mukhotob itu lebih mantap dan jelas
yakin karena orangnya berada langsung dihadapan kita. Laalla showab,,, والله الموفق