Seorang Alim (ahli agama) atau seorang
ahli pengalih bahasa (terjemahan)
Dewasa ini kita
banyak menemui (sesosok) ustadz di media, seperti di acara-acara televisi,
acara talkshow, facebook, twitter, dan sosial media lainnya. Hanya dengan
membuat status yang berbumbukan bau agamis secara begitu saja dan spontan kita
seakan-akan menerima, menyakini bahkan menobatkannya bahwa dia seorang ustadz
atau kyai. Sayangnya tidak sedikit dari kalangan kita yang mengetahui bahwa
yang namanya ilmu itu harus ada gurunya dan sanadnya yang jelas, dan sanad yang
paling shohih itu ya yang berujungkan pada nabi kita Muhammad saw. Terus apakah
ustadz-ustadz di medsos tadi itu gurunya jelas dan ada sanadnya yang jelas
pula?
الإسناد من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ما
شاء
Isi kandungan maqolah
diatas adalah arti pentingnya sanad dalam (pembelajaran terutama) agama, dan
apabila tidak ada sanad yang jelas maka seseorang itu akan berbicara semaunya
dia, akan berbicara ngawur. Ini sangat berbahaya dan harus kita waspadai sahabat!
Apa kalian mau menerima mentah-mentah ocehan seseorang yang tidak jelas
sanadnya yang hanya mengoceh sengawurnya dia?
Saya berkhusnodzun
bahwa mereka-mereka yang ahli dan jago berkoar-koar perihal syariat agama di
medsos dan lain sebagainya, yang tidak jelas guru dan sanadnya tadi, mereka
mendapatkan materi-materi itu dari buku-buku agama, Yaaa buku terjemahan
mungkin tepatnya. Soalnya saya kurang begitu percaya dengan kemampuan mereka
apabila mereka langsung dihadapkan dengan kitab-kitab aslinya seperti fathul
qorib, fathul muin, bajuri, ihya’, maroqil ubudiyah dan lainnya. Apa mereka
sanggup memahami isinya? Baca harakatnya aja mungkin tidak akan mampu. Padahal
semua materi dan ilmu tentang keislaman tadi ya hampir semuanya bersumber pada
kitab-kitab para ulama salaf rahimahumullah, yang semuanya itu berbahasa Arab
bukan bahasa Indonesia.
Ulama-ulama terdahulu
ketika mereka mendapatkan ilmu tidak seinstan seperti sekarang. Mereka mencari
guru kesan-kemari, belajar dan mengkaji setiap hari, hingga mengharap ridho
dari syeikh atau kyai dengan cara memulyakan dan bangetnya rasa ta’dhim kepadanya
agar ilmu lebih cepat masuk dan meresap ke hati. Kalau kita lihat zaman
sekarang tidak sedikit dari mereka yang dianggap ahli ilmu mendapakan ilmu hanya
dari buku terjemahan mungkin, atau mungkin searching di google. Yang semua
sudah serba instan dan gampang. Dimana-mana yang namanya instan walaupun cepat,
mudah, dan praktis itu tidak selamanya baik. Mie instan dibanding dengan nasi yang
melalui proses bajak sawah kemudian panen padi kemudian jemur padi kemudian
diproses menjadi beras kemudian dimasak hingga menjadi nasi itu, ya lebih baik
nasi.
Sebenarnya jika kita
itu memang seorang pribadi yang cerdas, kita mampu membedakan mana yang baik
dan mana yang tidak. Mempelajari ilmu agama itu tidak mudah boss apalagi yang
langsung dari sumbernya yaitu kita-kitab salaf, kalian harus belajar bahasa
arab belum nanti ada nahwu dan shorof. Mereka yang memang bener-bener pantas
disebut ustadz atau kyai, jangan pernah sesekali meremehkan pada mereka. Karena
saya sekarang sedang mengalami perjuangan yang telah dialami mereka, yaitu
belajar bahasa arab agar mampu memahami dan mendapatkan ilmu keislaman dari
sumbernya langsung yang konkret yaitu alquran, hadist, dan kitab-kitab ulama
salaf, dan itu rasanya masya allah. Harus bener-bener tekun ngga boleh
main-main dan harus sabar.
Jadi pesan saya yaa
singkan saja mau yang instan(terjemahan) apa langsung mengkaji dari
aslinya(kitab-kitab ulama salaf)
0 comments:
Post a Comment