Thursday, June 9, 2016



Seorang Alim (ahli agama) atau seorang ahli pengalih bahasa (terjemahan)





Dewasa ini kita banyak menemui (sesosok) ustadz di media, seperti di acara-acara televisi, acara talkshow, facebook, twitter, dan sosial media lainnya. Hanya dengan membuat status yang berbumbukan bau agamis secara begitu saja dan spontan kita seakan-akan menerima, menyakini bahkan menobatkannya bahwa dia seorang ustadz atau kyai. Sayangnya tidak sedikit dari kalangan kita yang mengetahui bahwa yang namanya ilmu itu harus ada gurunya dan sanadnya yang jelas, dan sanad yang paling shohih itu ya yang berujungkan pada nabi kita Muhammad saw. Terus apakah ustadz-ustadz di medsos tadi itu gurunya jelas dan ada sanadnya yang jelas pula?
الإسناد من الدين لولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
Isi kandungan maqolah diatas adalah arti pentingnya sanad dalam (pembelajaran terutama) agama, dan apabila tidak ada sanad yang jelas maka seseorang itu akan berbicara semaunya dia, akan berbicara ngawur. Ini sangat berbahaya dan harus kita waspadai sahabat! Apa kalian mau menerima mentah-mentah ocehan seseorang yang tidak jelas sanadnya yang hanya mengoceh sengawurnya dia?
Saya berkhusnodzun bahwa mereka-mereka yang ahli dan jago berkoar-koar perihal syariat agama di medsos dan lain sebagainya, yang tidak jelas guru dan sanadnya tadi, mereka mendapatkan materi-materi itu dari buku-buku agama, Yaaa buku terjemahan mungkin tepatnya. Soalnya saya kurang begitu percaya dengan kemampuan mereka apabila mereka langsung dihadapkan dengan kitab-kitab aslinya seperti fathul qorib, fathul muin, bajuri, ihya’, maroqil ubudiyah dan lainnya. Apa mereka sanggup memahami isinya? Baca harakatnya aja mungkin tidak akan mampu. Padahal semua materi dan ilmu tentang keislaman tadi ya hampir semuanya bersumber pada kitab-kitab para ulama salaf rahimahumullah, yang semuanya itu berbahasa Arab bukan bahasa Indonesia.
Ulama-ulama terdahulu ketika mereka mendapatkan ilmu tidak seinstan seperti sekarang. Mereka mencari guru kesan-kemari, belajar dan mengkaji setiap hari, hingga mengharap ridho dari syeikh atau kyai dengan cara memulyakan dan bangetnya rasa ta’dhim kepadanya agar ilmu lebih cepat masuk dan meresap ke hati. Kalau kita lihat zaman sekarang tidak sedikit dari mereka yang dianggap ahli ilmu mendapakan ilmu hanya dari buku terjemahan mungkin, atau mungkin searching di google. Yang semua sudah serba instan dan gampang. Dimana-mana yang namanya instan walaupun cepat, mudah, dan praktis itu tidak selamanya baik. Mie instan dibanding dengan nasi yang melalui proses bajak sawah kemudian panen padi kemudian jemur padi kemudian diproses menjadi beras kemudian dimasak hingga menjadi nasi itu, ya lebih baik nasi.
Sebenarnya jika kita itu memang seorang pribadi yang cerdas, kita mampu membedakan mana yang baik dan mana yang tidak. Mempelajari ilmu agama itu tidak mudah boss apalagi yang langsung dari sumbernya yaitu kita-kitab salaf, kalian harus belajar bahasa arab belum nanti ada nahwu dan shorof. Mereka yang memang bener-bener pantas disebut ustadz atau kyai, jangan pernah sesekali meremehkan pada mereka. Karena saya sekarang sedang mengalami perjuangan yang telah dialami mereka, yaitu belajar bahasa arab agar mampu memahami dan mendapatkan ilmu keislaman dari sumbernya langsung yang konkret yaitu alquran, hadist, dan kitab-kitab ulama salaf, dan itu rasanya masya allah. Harus bener-bener tekun ngga boleh main-main dan harus sabar.
Jadi pesan saya yaa singkan saja mau yang instan(terjemahan) apa langsung mengkaji dari aslinya(kitab-kitab ulama salaf)

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts