Thursday, June 30, 2016

Belajar dari Kasrohnya lafadz إِنَّ

Lafadz إِنَّ dalam bahasa arab ada kalanya wajib dikasroh, wajib difathah, atau boleh memilih antara kedua. Kali ini kita akan membahas tentang wajib kasrohnya lafadz إِنَّ
Kasrohnya إِنَّ di sini di analogikan sebagai sesuatu yang dibawah, maksudnya adalah tidak boleh sombong karena sejatinya berada dibawah huruf yang diharokati.
فاكسر في الابتداء وفي بدء صلة # وحيث إن ليمين مكملة
أو حكيت بالقول أو حلت محل # حال كزرته وإني ذو أمل
Dari nadzom al fiyah tersebut ada beberapa tempat yang mewajibkan إِنَّ untuk dikasroh;
Yang pertama adalah ketika diawal (nomer satu)
Jadi walaupun kita menjadi nomer satu, menjadi bintang kelas misalnya atau menjadi seorang juara pertama dalam suatu perlombaan. Kita tidak boleh sombong atas keberuntungan kita tersebut karena sudah menjadi yang paling awal atau menjadi yang nomer satu.
Yang kedua adalah ketika diawal shilah (hubungan)
Jadi ketika kita memulai suatu hubungan dengan seseorag, ta’arufan misalnya, kita tidak boleh secara langsung menceritakan dan sombong dengan semua kelebihan kita dengan teman kita. Karena sejatinya teman yang baik adalah teman yang justru menerima semua kekurangan temannya. Oleh karena itu ketika kita berkenalan dengan teman baru tidak perlu sombong dengan semua kelebihan yang kita miliki, lebih baik kita bersikap apa adanya.
Yang ketiga adalah jawabnya sumpah
Jawabnya sumpah disini diibaratkan sebagai jawaban atas suatu persoalan atau bisa disebut solusi. Seorang pemberi solusi tentunya adalah seseorang yang berperan sangat penting, karena tanpanya masalah tidak akan terselesaikan. Dalam jawab sumpah ini juga nantinya dituntut akan adanya lam taukid. Lam taukid bisa diibaratkan sebagai penguat atau pendukung solusi tadi. Jadi ketika kita memberikan solusi kita dituntut untuk memberikan solusi yang benar-benar meyakinkan dan benar-benar mampu untuk menyelesaikan masalah. Dan sekali lagi, jika kita berada diposisi sebagai pemberi solusi tadi, jangan sambong dan jangan merasa posisi kita penting, walaupun adanya seorang pemberi solusi itu penting agar masalah dapat terselesaikan.
Yang keempat menjadi hukiyat bilqoul
Hukiyat bil qoil disini bisa diartikan sesuatu yang sedang diomongkan, atau sesuatu yang sedang tenar/terkenal. Jadi apabila suatu saat kita menjadi seseorang yang terkenal, kita tidak boleh sombong atas ketenaran dan keterkenalan kita.
Yang kelima menjadi hal (penjelas keadaan)
Menjadi seorang penjelas tentunya dia sudah lebih dulu paham diantara yang lainnya, dan dituntut pula untuk menjelaskan kepada yang belum paham. Ketika kita di kelas misalnya, kita sudah paham akan suatu pelajaran yang dosen atau guru atau ustadz sampaikan, tetapi ada teman kita yang masih belum paham. Di situ kita dituntut untuk menjelaskan kepada teman kita yang belum paham, karena ilmu yang bermanfaat itu ya ilmu yang diamalkan. Dan ketika kita menjadi seorang penjelas atau orang yang lebih dulu paham tadi, kita tidak boleh sombong dan sebaiknya kita bantu teman kita yang lain yang butuh penjelasan dari kita.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Powered by Blogger.

search

Buku (Prediksi) SPMB UIN Jakarta 2021

  SPMB Mandiri atau Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru Mandiri, adalah salah satu jalur yang mempunyai kuota paling besar untuk masuk UIN Jak...

About

Aghnin Khulqi adalah seorang mahasiswa Bahasa dan Sastra Arab semester 6 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Popular Posts